Dr. Oleg Gluz menjelaskan hasil uji coba WSG-TP-II yang menunjukkan efektivitas kemoterapi de-eskalasi pada kanker payudara HER2-positif. Ekspresi HER2 menjadi penanda prediktif utama untuk pCR setelah 12 minggu pengobatan. Hasil menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, tetapi pengobatan pada pasien dengan penyakit lebih lanjut perlu dilakukan dengan hati-hati.
Dr. Oleg Gluz membahas hasil analisis subkelompok dari uji coba WSG-TP-II yang berfokus pada kemoterapi de-eskalasi neoadjuvan dalam kanker payudara HER2-positif. Uji coba ini menunjukkan bahwa ekspresi HER2 berfungsi sebagai penanda prediktif yang jelas untuk respons patologis lengkap (pCR) setelah 12 minggu kemoterapi de-eskalasi pada pasien kanker payudara awal HR+ HER2+.
Uji coba WSG-TP-II membandingkan efektivitas terapi endokrin yang dibarengi trastuzumab dan pertuzumab versus kemoterapi de-eskalasi ditambah trastuzumab dan pertuzumab. Hasilnya, tingkat pCR lebih tinggi pada kelompok kemoterapi de-eskalasi dibandingkan dengan kelompok terapi endokrin, dengan 57 versus 23 kasus pCR masing-masing. Tingkat kelangsungan hidup bebas kejadian selama 5 tahun juga menunjukkan angka yang baik, yaitu 94.8% dan 92.1%.
Meskipun tidak ada perbedaan signifikan dalam hasil prognosis di antara subkelompok pasien, banyak pasien dalam uji coba ini berada pada stadium IIA. Hal ini mengindikasikan bahwa kemoterapi de-eskalasi bisa menjadi pendekatan pengobatan yang layak untuk pasien dengan karakteristik tersebut. Namun, hati-hati diperlukan untuk pasien dengan penyakit lanjutan, karena mereka berisiko tidak cocok untuk pendekatan ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kemoterapi de-eskalasi pada kanker payudara HER2-positif dapat efektif, terutama pada pasien dengan tahap awal dan karakteristik tertentu. Ekspresi HER2 terbukti sebagai penanda prediktif yang penting untuk respons pengobatan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi keamanan dan keefektifan pada pasien dengan penyakit lanjutan.
Sumber Asli: www.onclive.com