Lebih dari 3,8 juta kematian kanker paru-paru dicegah di AS berkat penurunan merokok antara 1970-2022. Riset ACS menunjukkan dampak positif pengendalian tembakau, namun kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama kematian akibat kanker. Komitmen lebih lanjut terhadap pengendalian merokok diperlukan untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Penelitian terbaru oleh American Cancer Society (ACS) memperkirakan lebih dari 3,8 juta kematian akibat kanker paru-paru di AS berhasil dicegah antara tahun 1970-2022, berkat penurunan signifikan dalam prevalensi merokok. Tren ini didorong oleh langkah-langkah pengendalian tembakau dan dipublikasikan di CA: A Cancer Journal for Clinicians.
“Jumlah kematian akibat kanker paru-paru yang berhasil dicegah menunjukkan dampak signifikan pengendalian merokok terhadap angka kematian dini,” kata Dr. Farhad Islami, penulis utama penelitian. Meskipun demikian, kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama kematian akibat kanker di AS, dan angka morbiditas serta mortalitas terkait merokok tetap tinggi.
Tim Dr. Islami menganalisis data kematian dari National Center for Health Statistics. Mereka menghitung kematian yang dicegah dengan mengurangkan jumlah kematian yang diamati dari jumlah kematian yang diharapkan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan ras. Penelitian ini juga mencatat bahwa kematian akibat kanker lainnya berkurang seiring dengan penurunan kematian akibat kanker paru-paru.
Hasil studi menunjukkan 3.856.240 kematian akibat kanker paru-paru berhasil dicegah, dengan sekitar 76.275.550 tahun hidup yang diperoleh. Data tersebut menunjukkan bahwa laki-laki memiliki lebih banyak kematian yang berhasil dicegah dibandingkan perempuan, dengan proporsi yang lebih tinggi pada populasi kulit putih dibandingkan kulit hitam.
“Pengendalian merokok telah menyelamatkan jutaan nyawa, dan bisa menyelamatkan lebih banyak lagi di masa depan,” tambah Dr. Islami. Dia menekankan perlunya komitmen yang lebih kuat untuk mengurangi merokok, terutama bagi kelompok yang berisiko tinggi, seperti individu dengan pendidikan rendah.
Dukungan yang lebih besar untuk program pencegahan dan penghentian merokok yang berbasis bukti menjadi penting untuk mengurangi penggunaan tembakau dan beban kanker. Temuan studi ini menunjukkan dampak positif dari langkah-langkah pengendalian tembakau sekaligus mengingatkan kita akan kematian yang masih dapat dicegah.
Penelitian ACS menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengurangi kematian akibat kanker paru-paru berkat penurunan prevalensi merokok. Namun, tetap diperlukan upaya lebih dalam pengendalian tembakau, terutama untuk kelompok berisiko tinggi. Pendanaan untuk program penghentian merokok harus ditingkatkan untuk menangani masalah ini lebih efektif ke depan.
Sumber Asli: www.news-medical.net