Dr. Mohamad Mohty menjelaskan pentingnya komunikasi yang efektif dalam menyampaikan diagnosis kanker, dengan fokus pada persiapan, adaptasi bahasa, dan kecerdasan emosional. Mengurangi gangguan dan melibatkan keluarga sangat dibutuhkan agar pasien merasa didukung. Pendidikan dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan keterampilan ini di kalangan profesional kesehatan.
Mengomunikasikan diagnosis kanker, terutama di bidang hematologi, merupakan tantangan yang sulit. Menurut Dr. Mohamad Mohty, hal ini dapat memengaruhi kondisi mental pasien dan keputusan mengenai perawatan mereka. Dalam sebuah artikel di Clinical Hematology International, Dr. Mohty dan rekan-rekannya memberikan panduan bagi praktisi kesehatan untuk menangani situasi emosional ini dengan baik.
Salah satu poin utama adalah pentingnya persiapan sebelum memberikan kabar buruk. Dokter harus meluangkan waktu untuk mengumpulkan informasi medis dan memahami latar belakang emosional pasien. Mengubah pengaturan menjadi lebih mendukung, seperti berbicara di tempat yang tenang dan duduk setara dengan pasien, dapat membuat perbedaan yang besar.
Adaptasi bahasa juga krusial. Menghindari istilah medis yang rumit dan menyesuaikan komunikasi dengan tingkat pemahaman pasien membantu menciptakan kejelasan. Follow-up juga menjadi hal yang penting, agar pasien merasa terus didukung dan memiliki kesempatan untuk bertanya lebih lanjut setelah percakapan awal.
Persiapan menjadi penting untuk menghindari pembicaraan yang tergesa-gesa yang bisa menimbulkan kebingungan. Mengurangi gangguan dan fokus penuh pada pasien saat mengungkapkan kabar buruk akan membantu mereka merasa dihargai dan terlibat dalam keputusan perawatan mereka.
Beberapa strategi utama mencakup:
– Menilai pemahaman pasien melalui pertanyaan terbuka.
– Menggunakan bahasa yang jelas dan penuh kasih.
– Memperhatikan bahasa tubuh dan menjaga kontak mata.
– Mendorong keterlibatan keluarga, jika pasien setuju.
– Mengakui emosi dan memberi ruang untuk keheningan agar pasien bisa mencerna berita.
Di tengah meningkatnya beban pasien dan keterbatasan waktu, ada risiko bahwa percakapan penting ini menjadi terburu-buru. Penelitian perlu difokuskan pada dampak strategi komunikasi terhadap kesejahteraan psikologis dan pengambilan keputusan medis pasien. Mengintegrasikan komunikasi yang penuh empati dalam pelatihan medis adalah langkah penting untuk generasi dokter berikutnya dalam menghadapi momen-momen beban emosional ini.
Mengkomunikasikan diagnosis kanker memerlukan keterampilan komunikasi yang efektif dan empati. Persiapan, adaptasi bahasa, dan follow-up berkelanjutan merupakan elemen penting dalam proses ini. Disamping itu, pengurangan gangguan dan fokus penuh pada pasien dapat meningkatkan rasa percaya dan keterlibatan mereka. Pendidikan medis yang mencakup keterampilan ini penting untuk generasi dokter mendatang.
Sumber Asli: www.physiciansweekly.com