Studi baru unjuk bahwa tes darah CA-125 efektif lebih rendah untuk perempuan kulit hitam dan penduduk asli Amerika, berisiko menunda diagnosis kanker ovarium. Perempuan dari kelompok ini cenderung memiliki CA-125 yang kurang meningkat, berpotensi memperburuk kesenjangan dalam perawatan kanker. Mendorong advokasi dan peningkatan kesadaran penting dalam penanganan kanker ini.
Sebuah penelitian baru menunjukkan tes darah untuk kanker ovarium, khususnya penanda CA-125, cenderung kurang efektif untuk perempuan kulit hitam dan penduduk asli Amerika. Nefa-Tari Moore, seorang penyintas kanker, mengalami hal ini saat ketiga kalinya didiagnosis kanker ovarium tanpa adanya peningkatan CA-125. Studi yang dipimpin oleh Dr. Anna Jo Smith menemukan bahwa perempuan dari kelompok tersebut 23% lebih kecil kemungkinannya memiliki level CA-125 yang tinggi, berpotensi menunda pengobatan dan memperburuk kesenjangan dalam perawatan kanker.
Diagnosa lebih awal kanker ovarium penting untuk meningkatkan peluang bertahan hidup. Di AS, lebih dari 20.000 kasus baru kanker ovarium terdiagnosa pada tahun 2021, dan lebih dari 13.000 orang meninggal karena penyakit ini pada 2022. Dalam perbandingan, tingkat kelangsungan hidup untuk kanker payudara dapat mencapai 91%, sementara untuk kanker ovarium hanya 50%. Keterlambatan diagnosa sering disebabkan oleh gejala yang tidak jelas, mulai dari mual hingga kembung.
Moore berbagi pengalamannya, di mana gejalanya awalnya diabaikan di rumah sakit. Kini, ia menjadi direktur outreach perempuan kulit hitam di SHARE Cancer Support, menawarkan panduan untuk memperjuangkan kesadaran akan kanker. Moore merekomendasikan agar wanita kulit hitam mempelajari informasi mendalam mengenai diagnosanya dan bergabung dengan grup dukungan. Dokter juga mendorong diskusi lebih lanjut mengenai skrining jika ada riwayat keluarga kanker ovarium.
Penelitian menunjukkan bahwa tes darah CA-125 tidak selalu dapat diandalkan untuk perempuan kulit hitam dan penduduk asli Amerika, meningkatkan risiko keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan kanker ovarium. Perlu lebih banyak penelitian untuk mengatasi perbedaan ini dan meningkatkan peluang bertahan hidup dengan mendukung pendidikan dan advokasi di kalangan perempuan berisiko tinggi.
Sumber Asli: www.goodmorningamerica.com