Pasien kanker darah yang menjalani terapi BTKi disarankan untuk tetap melanjutkan terapi selama vaksinasi COVID-19. Penelitian IMPROVE menunjukkan tidak ada keuntungan dalam menghentikan pengobatan terkait respons antibodi. Temuan ini memberikan kejelasan bagi pasien dan tenaga medis.
Pasien kanker darah yang menjalani terapi dengan Bruton Tyrosine Kinase inhibitors (BTKi) disarankan untuk melanjutkan pengobatan selama vaksinasi COVID-19. Penelitian yang dipimpin oleh Universitas Birmingham dan Oxford Clinical Trials Research Unit menemukan bahwa menghentikan terapi BTKi tidak meningkatkan respon antibodi pada pasien dengan Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL). Studi ini melibatkan 99 pasien CLL yang telah menjalani terapi BTKi lebih dari satu tahun.
IMPROVE studi membandingkan dua grup pasien: satu grup menghentikan BTKi selama tiga minggu di sekitar waktu vaksinasi, dan grup lain melanjutkan terapi seperti biasa. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam kadar antibodi antara kedua grup, baik dari segi jumlah maupun kualitas respons antibodi dan imunitas seluler.
Hasil penelitian menyatakan bahwa meski menunda pengobatan BTKi tidak meningkatkan imunitas terhadap vaksinasi COVID-19, penelitian ini mengidentifikasi variasi respons di antara pasien yang menerima terapi tersebut. Penelitian lebih lanjut didanai oleh UK Research and Innovation (UKRI) dan Blood Cancer UK untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang respons vaksinasi pada pasien CLL dan cara meningkatkannya.
Dr. Helen Parry dari Universitas Birmingham menegaskan bahwa, “Studi kami memberikan kejelasan bagi pasien kanker darah dan penyedia layanan kesehatan bahwa menghentikan terapi BTKi tidak meningkatkan respons antibodi mereka dan tidak boleh direkomendasikan dalam praktik klinis.”
Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien kanker darah yang menerima pengobatan BTKi sebaiknya tidak menghentikan terapi mereka selama vaksinasi COVID-19 karena hal tersebut tidak meningkatkan respons antibodi. Penelitian ini memberikan informasi penting bagi pasien dan tenaga medis dan membuka jalan untuk studi lebih lanjut tentang respons vaksinasi pada pasien CLL.
Sumber Asli: www.news-medical.net