HER2-low dalam kanker payudara metastatik semakin penting dengan kemunculan terapi terarah. Ini menjadi kategori terapeutik yang berpengaruh terhadap kelayakan perawatan dan prognosis. Penelitian oleh Giovanni De Rosa menunjukkan perlunya evaluasi sitologi dan penerapan penanda proliferasi dalam perencanaan pengobatan.
Klasifikasi kanker payudara HER2-low kini menjadi penting seiring dengan kemunculan terapi terarah HER2 seperti trastuzumab deruxtecan (T-DXd). Dulu dianggap tidak relevan secara klinis, kini HER2-low dikenal sebagai kategori terapeutik yang berdampak pada kelayakan terapi dan prognosis. Ini menyebabkan onkolog dan patolog mempertimbangkan ulang pendekatan diagnostik dan prognostik mereka. Studi oleh Giovanni De Rosa, MD, PhD, berfokus pada kanker payudara HER2-low metastatik, menganalisis perbandingan antara tanda proliferasi dan hasil kel存生 dibandingkan dengan kanker HER2-positif dan HER2-negatif.
Kanker payudara HER2-low didefinisikan sebagai tumor dengan skor imunohistokimia (IHC) 1+ atau 2+ namun negatif pada hibridisasi in situ (ISH). Namun, definisi ini bisa membingungkan, karena HER2-low bukan entitas biologis yang berbeda. “Identifikasi HER2-low sangat bergantung pada akurasi evaluasi sitologis dan histopatologis,” catat studi tersebut. Kurangnya pedoman yang jelas untuk kategorisasi HER2-low, terutama dalam konteks metastatik, menyulitkan perencanaan pengobatan, dan perilaku biologis tumor HER2-low masih perlu diteliti lebih lanjut.
Pedoman klinis saat ini dari ASCO dan CAP terus berkembang dengan mempertimbangkan temuan terkini, meskipun belum memberikan panduan spesifik tentang fitur sitologis HER2-low. Studi De Rosa memberikan kejelasan dengan menganalisis sampel aspirasi jarum halus (FNA) dari lokasi metastatik, mencocokkan pengamatan sitologis dengan ekspresi HER2 yang ditentukan oleh IHC. Temuan menunjukkan indeks proliferasi yang lebih tinggi pada tumor HER2-low dibandingkan HER2-negatif, tetapi lebih rendah dibandingkan HER2-positif.
Salah satu batasan utama dalam mengevaluasi karsinoma HER2-low adalah kurangnya penggunaan sitologi, yang sering dianggap sebagai inferior dibandingkan histologi. “Sampel sitologis yang disiapkan dan diinterpretasikan dengan baik dapat memberikan evaluasi yang dapat diandalkan untuk HER2 dan Ki-67,” penulis menekankan. Meskipun demikian, banyak institusi masih jarang menggunakan teknik sitologi untuk evaluasi biomarker. Studi ini mendorong penerapan protokol pewarnaan sitologis yang seragam, pelatihan yang lebih baik, dan kolaborasi antar laboratorium.
Integrasi penanda proliferasi seperti Ki-67 ke dalam evaluasi rutin tumor HER2-low juga masih tidak konsisten. Studi ini menekankan nilai prognostik Ki-67 dalam membedakan tumor HER2-low dari HER2-null. Mendorong adopsi penanda ini dalam konteks sitologis dan histologis bisa mendukung keputusan pengobatan yang lebih individual. Dengan kemunculan terapi terarah baru, strategi diagnostik yang mencakup sitologi semakin mendesak untuk diimplementasikan.
Meskipun kanker HER2-low tidak memenuhi syarat untuk trastuzumab atau pertuzumab, kini mereka menjadi kandidat untuk T-DXd dalam pengaturan metastatik. Perubahan ini memicu penilaian ulang klasifikasi HER2. Dalam studi De Rosa, tumor HER2-low menunjukkan tingkat Ki-67 dan hasil kelangsungan hidup di antara kelompok HER2-positif dan HER2-negatif. Temuan ini menunjukkan bahwa status HER2-low mungkin berfungsi sebagai biomarker prediktif dan prognostik, membimbing intensitas terapi, pendaftaran uji klinis, dan strategi pengawasan pasca-perawatan.
Bagi klinisi, pemahaman mendalam mengenai ekspresi HER2 yang lebih dari sekadar sistem positif/negatif adalah krusial. Temuan De Rosa mendukung inklusi pengujian HER2 sitologis dalam proses kerja metastatik, khususnya saat biopsi jaringan tidak memungkinkan. Menstandarisasi bahasa pelaporan HER2-low dan mengintegrasikan data sitologis ke dalam rapat tumor multidisipliner dapat meningkatkan perencanaan pengobatan.
Seiring klasifikasi yang terus berkembang, onkolog harus menjelaskan kepada pasien bahwa status HER2-low kini berperan penting dalam menentukan opsi pengobatan. Menjelaskan nuansa tentang ekspresi HER2 akan membantu pasien membuat keputusan yang terinformasi mengenai terapi terarah dan uji klinis. Di pengaturan metastatik, keputusan pengobatan yang cepat memerlukan komunikasi yang jelas tentang status HER2.
Kanker payudara HER2-low melambangkan suatu pergeseran dalam onkologi personal. Studi De Rosa menekankan pentingnya evaluasi sitologis dalam pengaturan metastatik, menunjukkan keandalannya dalam menilai status HER2 dan proliferasi. Dengan HER2-low kini memengaruhi kelayakan perawatan dan hasil, integrasi penanda sitologis seperti Ki-67 ke dalam evaluasi rutin bisa meningkatkan presisi. Pedoman masa depan harus memperluas untuk memasukkan standar khusus sitologi, terutama untuk penyakit metastatik, untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dan terarah.
Kanker payudara HER2-low kini diakui sebagai kategori terapeutik yang penting, berkaitan dengan kelayakan terapi dan prognosis. Penelitian terbaru menunjukkan perlunya evaluasi sitologi yang lebih luas untuk meningkatkan presisi dalam diagnosis dan perawatan. Implementasi penanda proliferasi seperti Ki-67 dan peningkatan penggunaan teknik sitologi dalam pengujian HER2 sangat diperlukan untuk memastikan pasien menerima perawatan yang terbaik. Pemahaman yang tepat tentang status HER2-low menjadi kunci dalam pengambilan keputusan pengobatan yang efektif.
Sumber Asli: www.docwirenews.com