Pasien Kanker Paru Dapat Mengontrol Penyakit Jangka Panjang Setelah Henti Terapi Imunitas

Sebagian pasien kanker paru non-skuam sel besar (NSCLC) mampu tetap terkendali meski menghentikan pengobatan imunitas karena efek samping. Studi menunjukkan bahwa 10% pasien menghentikan pengobatan, namun PFS median adalah 12,7 bulan dan OS median 43,7 bulan. Karakteristik klinis tertentu dapat membantu memprediksi pasien yang akan mendapatkan manfaat.

Sebagian pasien kanker paru-paru, khususnya yang mengidap kanker paru-paru non-squelamat besar (NSCLC), mampu mempertahankan kontrol jangka panjang setelah menghentikan pengobatan imunitas. Penghentian ini sering terjadi akibat efek samping terkait imunitas (irAEs) yang memaksa pasien untuk menghentikan terapi. Penelitian ini diterbitkan dalam Clinical Cancer Research oleh tim yang dipimpin oleh Dr. Mark Awad dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center.

Pengobatan dengan inhibitor checkpoint imun (ICI) telah membawa perubahan besar dalam perawatan NSCLC, memberikan manfaat signifikan. Meski demikian, pengobatan ini juga dapat memicu irAEs seperti pneumonitis dan kolitis. Akibatnya, pasien kerap harus menghentikan pengobatan, meskipun terdapat kekhawatiran akan kemungkinan kemajuan penyakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah pasien dapat mengalami kontrol penyakit yang bertahan lama setelah penghentian pengobatan.

Dalam sebuah studi dengan 2.794 pasien yang menerima ICI, sekitar 10% dihentikan karena irAEs. Rata-rata progresi bebas penyakit (PFS) setelah penghentian adalah 12,7 bulan, sedangkan kelangsungan hidup keseluruhan (OS) mencapai 43,7 bulan. Durasi pengobatan sebelum penghentian berpengaruh pada hasil; mereka yang berobat lebih dari enam bulan mengalami PFS dan OS yang lebih baik dibandingkan kelompok lainnya.

Karakteristik klinis yang dapat memprediksi hasil lebih baik pasca penghentian meliputi tinggi ekspresi PD-L1 dan respons lengkap atau parsial. Pemberian steroid untuk irAEs tidak memberikan perbedaan signifikan dalam PFS atau OS setelah penghentian, menunjukkan bahwa pengobatan ini tidak merugikan respons terhadap kanker. “Kami mengidentifikasi fitur klinis dan patologis yang membantu dokter memahami pasien mana yang mungkin mendapatkan manfaat lebih lama setelah penghentian karena toksisitas,” ujar Pecci, penulis utama studi.

Namun, studi ini memiliki keterbatasan, seperti desain retrospektifnya yang dapat menyebabkan data yang tidak akurat. Meski demikian, analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi bias dan meningkatkan keandalan temuan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa pasien NSCLC dapat mempertahankan kontrol penyakit yang baik meski menghentikan terapi ICI karena irAEs. Karakteristik tertentu, seperti respon terhadap pengobatan dan durasi pengobatan, dapat membantu dokter dalam memberikan penilaian risiko kemajuan penyakit kepada pasien. Meski studi ini terbatas, temuan ini memberikan wawasan berharga bagi dokter dalam menangani keputusan penghentian pengobatan.

Sumber Asli: www.news-medical.net

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *