Wawasan Baru tentang Penggerak Genetik Kanker Prostat

Studi multinasional baru mengidentifikasi faktor genetik yang menjelaskan perbedaan antara kanker prostat yang lambat tumbuh dan yang agresif. Temuan mempertegas pentingnya memahami interaksi antara variabilitas germline dan somatik. Penelitian ini membuka kesempatan untuk perbaikan diagnosis dan perawatan kanker prostat yang lebih efektif di berbagai populasi.

Sebuah studi multinasional terbaru telah mengungkap petunjuk genetik mengenai penyebab mengapa beberapa kanker prostat tumbuh lambat sementara yang lain menjadi mematikan. Temuan ini, yang diterbitkan dalam jurnal Cancer Discovery, menunjukkan bahwa variabilitas germline dan somatik saling berkolaborasi dalam memicu dan mendorong perkembangan penyakit. Ini mempertegas pentingnya pelibatan cohort multi-ansestral dalam penelitian kanker.

Penelitian yang menganalisis 666 genom tumor prostat menemukan 223 daerah pengemudi yang sering bermutasi, yang sebagian besar mempengaruhi proses mutasional dan ekspresi gen. Temuan ini memberikan wawasan signifikan tentang bagaimana evolusi tumor prostat dipengaruhi oleh faktor germline dan waktu terjadinya mutasi somatik.

Paul C. Boutros, PhD, MBA, salah satu penulis senior dan profesor urologi serta genetika di University of California, Los Angeles, menyatakan bahwa, “Keberadaan genom germline pasien ternyata sangat mempengaruhi jenis kanker yang didiagnosis.” Penelitian ini juga menemukan banyak gen lain yang berbeda dari variasi BRCA2 yang berkaitan dengan kanker prostat.

Tim peneliti menggunakan teknik statistik dan pembelajaran mesin untuk memahami bagaimana DNA familial dan somatik mempengaruhi spektrum agresivitas kanker prostat. Hasil studi menunjukkan bahwa kanker prostat mengikuti jalur evolusi yang sama, dengan tumor berbeda bercabang tergantung pada perubahan genetik awal dan latar belakang genetik yang diwariskan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa tumor grade tinggi tidak berkembang langsung dari tumor grade rendah. Keduanya kemungkinan berasal dari bidang mutagenik pra-malignan yang sama. “Informasi dari biopsi negatif ini dapat memberikan harapan untuk pengujian di masa depan,” kata Dr. Boutros.

Menurut Dr. Boutros, ada dua cara utama temuan ini relevan secara klinis. Pertama, metode molekuler saat ini digunakan dalam kanker prostat bisa ditingkatkan dengan memasukkan informasi dari 99% genom yang tidak mengkode protein. “Ini merupakan peluang besar untuk stratifikasi risiko yang lebih baik dari penyakit yang terlokalisasi.”

Dengan menerapkan metode canggih, peneliti mengidentifikasi 223 daerah genom yang sering bermutasi pada tumor prostat, yang sebagian besar tidak terdeteksi menggunakan metode sekuensing terarah. Variasi genetik yang diwariskan berpengaruh terhadap bagaimana tumor berevolusi dengan memengaruhi mutasi somatik yang didapat selama perkembangan tumor.

Tumor prostat yang agresif dan lambat tumbuh bukanlah penyakit yang terpisah, melainkan tahapan berbeda dalam jalur evolusi yang sama. Meskipun kedua jenis kanker ini berasal dari sel abnormal yang sama dan memiliki banyak mutasi yang sama, kanker agresif mengakumulasi mutasi berbahaya lebih awal.

“Temuan ini menunjukkan bahwa stratifikasi risiko dalam kanker yang terlokalisasi sangat krusial dan fokus kita dapat memberikan target terapeutik kunci,” tutup Dr. Boutros, juga wakil dekan penelitian. Penelitian ini berpotensi membuka jalan untuk terapi awal bagi pasien dengan tumor non-familial BRCA2 yang defisien.

Sandra M. Gaston, PhD, dari Miller School of Medicine menambahkan bahwa bukti ini menjelaskan bagaimana variabilitas genetik mempengaruhi perkembangan bentuk yang agresif dari penyakit ini. Udit Singhal, MD dari University of Michigan, menganggap temuan ini menjanjikan, meskipun perlu diuji lebih lanjut dalam studi klinis yang prospektif.

Penelitian ini membawa pemahaman baru tentang pengaruh faktor genetik dalam kanker prostat. Temuan menunjukkan bahwa tumor prostat mengikuti jalur evolusi yang sama dan bisa berarti bagi pengembangan strategi diagnosis serta terapi yang lebih efektif. Kombinasi dari analisis genom yang lebih luas dan penerapan teknik baru berpotensi membuka jalan untuk perawatan yang lebih disesuaikan di masa depan. Kepentingan studi ini akan memahami seluk beluk kanker prostat sementara menciptakan prospek bagi diagnosis lebih baik serta perawatan yang lebih efektif berdasarkan profil genetik individu.

Sumber Asli: www.renalandurologynews.com

Nina Sharma

Nina Sharma is a rising star in the world of journalism, celebrated for her engaging storytelling and deep dives into contemporary cultural phenomena. With a background in multimedia journalism, Nina has spent 7 years working across platforms, from podcasts to online articles. Her dynamic writing and ability to draw out rich human experiences have earned her features in several respected publications, captivating a diverse audience.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *