Artikel ini menyajikan inovasi terkini dalam teknologi deteksi dan pengobatan kanker, termasuk vaksin dan alat skrining baru. Menyusul program skrining di Inggris untuk kanker paru-paru, juga diungkapkan potensi penggunaan AI dalam memprediksi dan menganalisis risiko kanker. Keterlibatan masyarakat dalam uji coba vaksin dan pemantauan kesehatan didorong untuk meningkatkan deteksi kanker.
Di akhir seri “Cancer Rising,” fokus beralih pada masa depan deteksi dan pengobatan kanker. Dalam konferensi terbaru di Selandia Baru, Dr. Parveen Elliott dari Dewan Penelitian Kanker menggambarkan beberapa proyek pendanaan besar, termasuk pengembangan vaksin HPV dan berbagai uji coba deteksi dan pengobatan kanker dengan anggaran tahunan mencapai $800 juta.
Elliott menekankan potensi tes darah tunggal untuk mendeteksi kanker di dalam tubuh seseorang, bahkan mengidentifikasi organ mana yang terpengaruh. Di Inggris, uji coba NHS-Galleri dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas tes ini bersama dengan skrining kanker yang sudah ada. Sekitar 140.000 orang berusia 50 hingga 77 tahun telah bergabung, dan hasil akan keluar tahun depan.
“Ini adalah uji coba acak yang sangat besar dan menarik tentang apa yang akan terjadi jika kita melakukan tes ini secara teratur pada orang yang tidak menunjukkan gejala kanker,” kata Elliott. Selain itu, ada uji coba lain yang dibiayai oleh dewan yang menggunakan tes darah untuk mendeteksi biomarker tanpa melakukan biopsi yang mahal. Elliott menilai ini sebagai cara yang lebih baik bagi pasien dan sistem kesehatan.
Meskipun beberapa uji coba kanker membutuhkan waktu bertahun-tahun, pengembangan tes deteksi dini menggunakan biomarker bisa dilakukan lebih cepat. Ini juga bisa bermanfaat untuk memantau kemajuan pengobatan pasien kanker dan bagi yang dalam remisi untuk mendeteksi tanda-tanda kanker daripada harus menjalani pemindaian mahal.
Di Inggris, program skrining untuk kanker paru-paru tengah dilaksanakan bagi perokok berusia 55 hingga 74 tahun. Sejak Agustus tahun lalu, lebih dari 1,9 juta orang telah diundang untuk memeriksakan paru-paru, dan 5.037 kasus kanker paru-paru telah terdeteksi, dengan lebih dari 75% didiagnosis pada tahap awal. Ini berarti angka harapan hidup yang jauh lebih tinggi, dengan lebih dari 90% bagi yang terdiagnosis pada tahap awal, dibandingkan hanya 4% pada tahap akhir.
Australia juga akan meluncurkan skrining kanker paru-paru tahun ini menggunakan CT scan dosis rendah, dimulai bulan Juli. Elliott optimis akan adanya pendekatan yang lebih pribadi dalam skrining kanker ke depan, alih-alih hanya satu jenis untuk semua populasi.
Di dunia penelitian kanker, imunoterapi dan vaksin kanker jadi istilah kunci. Ada dua proyek besar yang didanai dewan untuk menemukan vaksin kanker ovarium dan vaksin kanker paru-paru, yang sudah dalam tahap uji coba di Inggris untuk orang-orang dengan risiko tinggi. “Skrining untuk kanker ovarium itu sulit, penyakit sering muncul terlambat,” ujar Elliott tentang pentingnya teknologi ini.
Kecerdasan buatan (AI) pun diharapkan dapat mempercepat proses penanganan kanker. Cancer Research UK meluncurkan CD3, kerja sama dengan pemerintah Inggris untuk mendeteksi risiko secara dini dengan memanfaatkan catatan medis dan data kesehatan. AI tidak hanya membantu mendeteksi tingkat risiko, tetapi juga menentukan pengobatan yang tepat untuk pasien.
Di konferensi tersebut, Profesor Nasir Rajpoot memperkenalkan alat diagnostik colorectal berbasis AI yang sedang diuji coba di 10 rumah sakit NHS di Inggris. Alat ini bisa secara cepat memproses sampel biopsi dan memberikan diagnosis tanpa perlu penilaian lebih lanjut dari patologi, menghemat waktu dan biaya. Rajpoot yakin ini akan sangat membantu dalam mengelola beban kerja patologi yang meningkat.
Di saat jumlah diagnosis kanker pada individu di bawah 50 tahun meningkat, fokus penelitian juga mengarah pada pencarian penyebab lingkungan dan diet, termasuk hubungan antara mikroplastik dan kanker usus. Tenaga medis juga diingatkan untuk memerhatikan bagaimana ketidakselarasan dengan sistem kesehatan dapat menghambat deteksi kanker.
Masa depan deteksi dan pengobatan kanker menjanjikan inovasi melalui vaksin dan teknologi mutakhir. Program skrining di Inggris dan Australia menunjukkan potensi deteksi dini yang dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup. Pendekatan berbasis AI semakin banyak hadir dalam mengoptimalkan proses diagnosis dan manajemen pengobatan. Meski ada tantangan, investasi dalam penelitian dan teknologi diharapkan dapat merampingkan dan mempercepat solusi untuk kanker.
Sumber Asli: www.nzherald.co.nz