Studi baru akan melacak 250 perempuan kulit hitam selama lima tahun setelah perawatan kanker endometrium untuk menilai dampak interaksi sosial terhadap pemulihan. Angka kematian pada kelompok ini dua kali lipat dibandingkan wanita kulit putih, dengan kebutuhan perawatan yang lebih agresif. Dukungan sosial menjadi fokus penelitian ini untuk meningkatkan hasil perawatan.
Sebuah studi baru dimulai untuk melacak dampak jangka panjang dari perawatan kanker pada wanita, khususnya yang terkena kanker endometrium. Fokus utama dari penelitian ini adalah bagaimana interaksi sosial dapat memengaruhi pemulihan setelah pengobatan. Angka-angka mengenai kanker endometrium, khususnya pada wanita kulit hitam, menunjukkan ketidakadilan yang signifikan, di mana mereka dua kali lebih mungkin meninggal dibandingkan wanita kulit putih. Ini menjadi rasio disparitas terbesar di antara kanker ginekologi.
Perempuan kulit hitam sering kali didiagnosis dengan kanker endometrium pada stadium yang lebih lanjut dan membutuhkan terapi yang lebih agresif. Dr. Kemi Doll, seorang OB-GYN dan onkolog di Fred Hutch/UW Medicine, menyoroti bahwa jenis kanker ini tidak seperti yang lain, memperkirakan tahun 2030 akan menjadi salah satu dari tiga kanker teratas di kalangan wanita. “Kanker endometrium akan lebih umum dibandingkan kanker usus besar,” jelasnya.
Namun, setelah diagnosis, perempuan kulit hitam sering kali merasa kesulitan untuk mendapatkan perawatan medis yang setara. Mereka cenderung bukan hanya tidak mendapatkan operasi pada setiap tahap penyakit, tetapi juga jarang ditemukan dokter onkologis ginekologis kulit hitam, yang hanya sekitar 3% di Amerika Serikat. Ketidakberdayaan ini sering dipicu oleh pengalaman menyakitkan di masa lalu dalam perawatan kesehatan reproduksi.
Dr. Doll juga mengkhawatirkan risiko isolasi sosial yang dialami perempuan kulit hitam, yang disebabkan oleh berbagai faktor budaya, sosial ekonomi, dan fisik. Penelitian terbaru yang didanai oleh Patient-Centered Outcomes Research Institute (PCORI) ini dirancang untuk mengamati 250 wanita selama lima tahun ke depan, ingin mengetahui bagaimana dukungan sosial atau kekurangannya berperan dalam pemulihan mereka setelah diagnosis.
Studi ini mendapatkan dana sebesar $6,8 juta, dimulai pada September dan direncanakan berlanjut hingga 2030. Ini merupakan kelanjutan dari studi SISTER yang diluncurkan oleh Doll empat tahun lalu, yang merupakan uji coba terkontrol acak pertama untuk strategi dukungan sebaya bagi perempuan kulit hitam dengan kanker endometrium.
Dalam penelitian SISTER, peserta dibagi acak ke dalam tiga kelompok berbeda: dukungan sebaya satu-satu, kelompok dukungan terfasilitasi, dan perawatan biasa yang ditingkatkan dengan paket perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu berbagai skenario yang mempengaruhi umpan balik pasien dan kepuasan dalam proses perawatan.
“Kami telah merekrut kohort ini selama empat tahun terakhir, dan kini akan memantau mereka selama lima tahun ke depan untuk melihat perawatan, tingkat kekambuhan, dan kualitas hidup,” ucap Doll. Saat ini, pendaftaran peserta SISTER masih berlangsung di 13 pusat kesehatan di seluruh negara bagian, termasuk Seattle.
Untuk informasi lebih lanjut tentang UW Medicine, kunjungi http://uwmedicine.org/about.
Penelitian baru ini bertujuan untuk memahami lebih dalam tentang dampak dukungan sosial terhadap pemulihan pasien kanker endometrium, khususnya bagi perempuan kulit hitam. Angka disparitas kematian yang tinggi dan tantangan mendapatkan perawatan yang setara menekankan perlunya pendekatan yang lebih holistik. Secara keseluruhan, studi ini diharapkan dapat memberikan wawasan berharga untuk meningkatkan hasil perawatan bagi kelompok yang rentan di masa mendatang.
Sumber Asli: www.thefactsnewspaper.com