Pentingnya Skrining dan Diagnosis Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal dapat diobati lebih baik jika terdeteksi awal. Skrining rutin, dimulai usia 45, sangat penting. Fred Hutch dan UW Medicine tawarkan berbagai opsi skrining serta penelitian untuk meningkatkan metode deteksi. Kolonoskopi menjadi metode utama untuk diagnosis, namun alternatif seperti sigmoidoskopi dan tes darah masih dalam pengembangan.

Kanker kolorektal seringkali dapat disembuhkan jika terdeteksi lebih awal, hingga 90% untuk kasus yang ditemukan di tahap awal. Jadi, sangat penting untuk melakukan skrining kanker kolorektal secara teratur, dimulai dari usia 45 tahun. Fred Hutch Cancer Center bekerja sama dengan UW Medicine untuk memberikan berbagai opsi skrining demi menurunkan risiko kanker ini atau mendeteksinya pada tahap awal.

Jika Anda ingin memulai skrining, bicarakan hal ini dengan penyedia layanan kesehatan utama Anda. UW Medicine bisa membantu Anda dalam proses ini. Anda mungkin akan dirujuk untuk menjalani kolonoskopi atau tes skrining lain. Jika kolonoskopi diperlukan, Anda bisa menghubungi Fred Hutch Cancer Center di nomor 206.606.5342 untuk menjadwalkan prosedur tersebut.

Ada beberapa metode untuk melakukan skrining kanker kolorektal. Skrining dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda penyakit pada orang yang tidak memiliki gejala. Jika hasil skrining menunjukkan hal yang mencurigakan, tim kesehatan Anda akan merekomendasikan langkah-langkah selanjutnya, seperti tes lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran kesehatan Anda.

Diagnosis kanker kolorektal biasanya memerlukan biopsi, yaitu mengambil sampel jaringan untuk pengujian. Dokter patologi, yang ahli dalam memeriksa sampel jaringan, akan menggunakan mikroskop untuk memeriksa apakah ada sel kanker. Patolog Fred Hutch adalah ahli dalam mendiagnosis kanker kolorektal.

Skrining kolonoskopi adalah standar emas untuk mendeteksi kanker. Prosedur ini melibatkan penggunaan tabung fleksibel bercahaya dengan kamera video untuk mengamati seluruh bagian dalam usus besar. Jika polip terdeteksi, biasanya polip ini bisa diangkat dan diuji di laboratorium. Meskipun sebagian besar polip tidak berpotensi menjadi kanker, beberapa dapat berkembang menjadi kanker jika tidak diangkat.

Untuk beberapa orang, prosedur sigmoidoskopi fleksibel bisa dilakukan, yang mirip dengan kolonoskopi tetapi hanya mengamati bagian bawah usus besar. Ada juga metode virtual kolonoskopi atau CT kolonografi, di mana dokter melakukan pemindaian CT untuk melihat usus Anda tanpa memasukkan kamera ke tubuh Anda.

Tes darah juga dapat dilakukan untuk menyaring kanker kolorektal. Meski begitu, tes ini belum termasuk dalam pedoman skrining utama lantaran belum ada cukup bukti yang mendukungnya. Tim peneliti di Fred Hutch sedang mengkaji potensi tes darah untuk menggantikan metode yang ada.

Jika Anda telah didiagnosis kanker kolorektal sebelumnya, tim perawatan di Fred Hutch mungkin akan merekomendasikan tes lebih lanjut, seperti kolonoskopi ulang jika prosedur sebelumnya tidak lengkap, atau studi pencitraan. Tim kami juga melakukan pengujian genetik untuk melihat apakah ada faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kanker yang bisa berpengaruh pada pengobatan.

Fred Hutch memiliki berbagai ahli, termasuk gastroenterolog, patolog, dan radiolog berpengalaman dalam skrining dan diagnosis kanker kolorektal. Misi kami juga mencakup program skrining kanker kolorektal yang bertujuan menurunkan beban kanker, terutama bagi individu yang kurang beruntung secara ekonomi.

Menurut Dr. Rachel Issaka, direktur program tersebut, “Kami berusaha membantu sebanyak mungkin orang untuk menyelesaikan skrining, dan memandu mereka menuju pengobatan jika didiagnosis dengan kanker kolorektal.” Ini menekankan pentingnya pemeriksaan, bahkan tanpa gejala, karena kanker kolorektal bisa berkembang tanpa tanda-tanda yang nyata, terutama di tahap awal.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa kolonoskopi dan sigmoidoskopi memungkinkan dokter untuk mengangkat polip atau jaringan abnormal. Jika Anda berisiko rata-rata dan hasil tes Anda normal, mungkin Anda tidak perlu mengulangi kolonoskopi selama 10 tahun. Namun, tes di rumah seperti FIT, gFOBT, atau Cologuard perlu diulang lebih sering.

Badan Pelayanan Pencegahan AS merekomendasikan agar semua orang dewasa mulai melakukan skrining kanker kolorektal pada usia 45 tahun. Jika Anda berisiko tinggi, Anda mungkin perlu mulai lebih awal dari usia tersebut atau melakukan skrining lebih sering. Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko, termasuk riwayat keluarga kanker kolorektal, perubahan genetik, serta penyakit radang usus.

Tim peneliti di Fred Hutch terus mencari cara baru untuk menyaring dan mendeteksi kanker kolorektal. Ini termasuk temuan mengenai mikroba yang ada di mulut yang dapat tumbuh dalam tumor kanker kolorektal. Selain itu, mereka meneliti mikrobioma usus untuk mengidentifikasi ciri genetik yang mungkin menunjukkan risiko kanker lebih awal.

Apabila Anda mendapatkan hasil abnormal dari skrining seperti kolonoskopi virtual, FIT, gFOBT, atau Cologuard, kolonoskopi lanjutan akan diperlukan. Hal ini penting untuk mengetahui penyebab hasil abnormal tersebut dan untuk langkah selanjutnya, dari biopsi hingga mengetahui jenis kanker jika ada.

Deteksi dini kanker kolorektal sangat penting untuk meningkatkan peluang penyembuhan. Skrining yang rutin, dimulai dari usia 45 tahun, bisa menurunkan risiko dan membantu menemukan kanker pada tahap awal. Fred Hutch dan UW Medicine menyediakan berbagai opsi skrining dan mendukung individu berisiko tinggi. Mengedukasi diri tentang berbagai metode skrining sangat penting agar dapat memilih opsi yang paling sesuai. Dengan penelitian yang terus dilakukan, harapan untuk metode skrining yang lebih efektif ke depannya semakin cerah.

Sumber Asli: www.fredhutch.org

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *