Sebuah studi menunjukkan pria yang melewatkan skrining kanker prostat berisiko lebih tinggi meninggal. Farmasi tengah menekan biaya tanpa mengorbankan kualitas. Terdapat juga keprihatinan terkait penyakit vaskular yang tidak disadari oleh banyak orang, serta isu flu burung dan meningkatnya angka autisme.
Pentingnya skrining kanker prostat kembali menjadi sorotan dalam sebuah studi baru. Penelitian mengungkapkan bahwa dalam 20 tahun pemantauan, pria yang melewatkan skrining kanker prostat memiliki risiko kematian hingga 45% lebih tinggi dibandingkan mereka yang rutin menjalani pemeriksaan. Jeff Tosoian, MD, asisten profesor Urologi, menjelaskan dampak serius dari mengabaikan skrining ini.
Di bidang farmasi, biaya pengobatan menjadi perhatian utama. Mark Sullivan, PharmD, MBA, BCPS, FASHP, yang menjabat sebagai Chief Pharmacy Officer, menyatakan dalam sebuah artikel bahwa apotek berusaha menyeimbangkan biaya dengan kualitas perawatan. Mereka mengimplementasikan strategi baru agar pasien tetap mendapatkan obat dengan harga terjangkau tanpa mengorbankan kualitas pelayanan.
Fokus pada kesehatan vaskular juga tak kalah penting. Aaron Aday, MD, MSc, asisten profesor Kedokteran, mengungkapkan dalam wawancara bahwa banyak orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit vaskular tidak menyadari kondisi mereka. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemantauan yang lebih baik diperlukan.
Dari sisi epidemiologi, William Schaffner, MD, profesor Ilmu Pencegahan, turut berbicara tentang flu burung dan rekomendasi vaksinasi. Dalam wawancara dengan National News Desk dan Healthline, ia memberikan penjelasan mendalam mengenai potensi risiko dan langkah pencegahan yang perlu dilakukan.
Di area autisme, Zachary Warren, PhD, direktur eksekutif Vanderbilt Kennedy Center, membahas laporan CDC tentang meningkatnya angka autisme. Dalam wawancara dengan Science News, Warren mencatat pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat diambil langkah yang tepat.
Skrining kanker prostat sangat penting untuk mengurangi risiko kematian, sementara apotek berupaya menekan biaya pengobatan yang berkualitas. Penyakit vaskular sering kali tidak disadari oleh mereka yang paling berisiko, dan kesadaran terhadap flu burung serta autisme juga menjadi perhatian. Kolaborasi antara penelitian dan praktik klinis sangat krusial agar pasien mendapatkan informasi dan perawatan yang tepat.
Sumber Asli: news.vumc.org
