Sebuah uji coba klinis fase 3 menunjukkan bahwa imunoterapi dengan pembrolizumab sebelum dan sesudah operasi untuk pasien kanker kepala dan leher dapat meningkatkan kelangsungan hidup bebas kejadian dan mengurangi kebutuhan kemoterapi. Temuan ini merupakan terobosan dalam perawatan kanker kepala dan leher setelah lebih dari 20 tahun tanpa kemajuan.
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan imunoterapi, khususnya inhibitor checkpoint imun pembrolizumab, baik sebelum maupun setelah prosedur bedah untuk kanker kepala dan leher yang sudah lanjut dapat meningkatkan kelangsungan hidup bebas kejadian. Penelitian yang dipimpin oleh tim dari Dana-Farber Brigham Cancer Center dan Washington University ini adalah analisis sementara dari uji coba klinis fase 3, KEYNOTE-689, yang melibatkan 714 pasien kanker sel skuamosa kepala dan leher tahap III dan IVA.
KEYNOTE-689 diklaim sebagai studi pertama dalam dua dekade terakhir yang menunjukkan perbaikan hasil dibandingkan dengan perawatan standar. Saat ini, perawatan standar untuk kanker kepala dan leher yang bisa dioperasi melibatkan bedah, radiasi, dan kemoterapi. Sayangnya, hanya sekitar 40% hingga 50% pasien yang dapat bertahan hidup hingga lima tahun.
Robert Haddad, MD, dari Dana-Farber mengungkapkan, “Ini adalah studi yang mengubah praktik. Tidak hanya kelangsungan hidup bebas kejadian yang meningkat, namun juga lebih sedikit pasien yang membutuhkan kemoterapi setelah menjalani imunoterapi sebelum operasi.”
Temuan ini akan disajikan oleh Ravindra Uppaluri, MD, di Pertemuan Tahunan American Association of Cancer Research (AACR). Ya, terdapat konferensi pers yang dijadwalkan pada 27 April untuk menyampaikan hasil-hasil ini. Poin menarik adalah pasien yang terpapar pembrolizumab menunjukkan kelangsungan hidup lebih lama, terlepas dari skor PD-L1 yang ada di tumor mereka.
Pasien yang menerima imunoterapi mempunyai median kelangsungan hidup bebas kejadian 51.8 bulan, sementara yang tidak hanya 30.4 bulan. Penelitian ini juga mencatat bahwa pasien yang menjalani imunoterapi dengan pembrolizumab tidak mengalami efek samping baru yang signifikan dan dapat menjalani operasi tepat pada waktunya.
“Kemampuan untuk menjalani operasi tanpa penundaan adalah observasi yang sangat penting,” kata Haddad. Uji coba ini berpotensi mengubah pendekatan tradisional dalam penanganan kanker kepala dan leher, yang saat ini biasanya dimulai dengan diagnosa klinis dan langsung ke operasi tanpa intervensi sebelumnya.
Uppaluri menambahkan, “Sangat menarik melihat uji coba positif ini dalam imunoterapi yang berpeluang menjadi standar baru perawatan untuk kanker kepala dan leher secara global. Tim kami kini fokus mengeksplorasi terapi lain atau kombinasi yang dapat meningkatkan hasil ini.”
Sederhananya, peneliti berharap pendekatan ini menjadi bagian penting dari perawatan kanker kepala dan leher, dengan penekanan pada kolaborasi multidisipliner yang semakin diperlukan. Jika hasilnya positif, ini bisa mengubah cara para dokter bedah mengelola pasien di seluruh dunia.
Secara keseluruhan, hasil interim dari penelitian KEYNOTE-689 mengindikasikan bahwa imunoterapi sebelum dan sesudah bedah dapat benar-benar mengubah hasil untuk pasien kanker kepala dan leher. Peningkatan dalam kelangsungan hidup bebas kejadian dan pengurangan kebutuhan kemoterapi menandakan cara baru dalam penanganan penyakit ini. Uji coba ini menyoroti pentingnya integrasi imunoterapi dalam pengobatan kanker di masa depan, walau masih perlu eksplorasi lebih lanjut dalam penelitian mendatang.
Sumber Asli: www.news-medical.net