Pasien Kanker Tidak Mendapatkan Akses Opioid, Meski Seharusnya Dikecualikan

Penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker tidak mendapatkan akses yang memadai terhadap opioid meskipun seharusnya dikecualikan dari pedoman CDC. Setelah pedoman 2016, prescribing opioid kepada pasien kanker menurun signifikan, beralih ke tramadol dan gabapentinoid yang kurang efektif. Masalah ini juga mempengaruhi pasien lain di perawatan paliatif dan hospice.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa banyak pasien kanker, terutama yang lebih tua, sebenarnya tidak mendapatkan akses yang memadai terhadap opioid meski seharusnya dikecualikan dari pedoman opioid CDC tahun 2016 dan yang diperbarui tahun 2022. Pedoman ini menyatakan bahwa pasien untuk perawatan kanker, perawatan paliatif, dan perawatan akhir hayat tidak tercakup dalam rekomendasi tersebut. Alasannya, potensi bahaya yang serius dari penggunaan opioid mungkin tidak relevan untuk mereka. Namun, kenyataannya, setelah pedoman tersebut diterapkan, banyak pasien kanker, meskipun mereka butuh opioid sebagai perawatan utama, tetap mengalami kesulitan dalam mendapatkan pengobatan yang sesuai.

Studi ini melibatkan hampir 12.000 orang dewasa yang lebih tua yang dirawat karena kanker antara 2010 hingga 2020, di mana sekitar 1.300 di antaranya memiliki kanker lanjut atau nyeri kanker. Menariknya, ada penurunan 24% dalam prosentase resep opioid untuk pasien kanker setelah pedoman 2016 dikeluarkan. Sebagai alternatif, pasien-pasien ini lebih banyak diberikan tramadol, dengan peningkatan 7,5%, dan gabapentinoid meningkat hingga 25%. Bahkan, pasien kanker lanjut pun diarahkan untuk menggunakan tramadol atau gabapentinoid, padahal obat-obat ini bukan solusi yang tepat untuk menangani nyeri kanker.

Kepala penulis studi ini, Dr. Rebecca Rodin dari Icahn Mount School of Medicine di Mount Sinai, menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan pergeseran dalam pengelolaan rasa sakit dari opioid pertama ke tramadol dan gabapentinoid yang kurang aman dan kurang efektif bagi pasien kanker yang lebih tua. Meskipun tramadol secara teknis tergolong opioid, DEA menggolongkannya sebagai obat Schedule IV yang lebih lemah, membuat dokter lebih leluasa dalam meresepkannya.

Gabapentinoids, termasuk Gabapentin dan Pregabalin, diberikan untuk nyeri kanker dan neuropati yang disebabkan kemoterapi, walaupun sebenarnya obat ini tidak disetujui untuk kondisi tersebut. Obat ini sering kali tidak efektif untuk mengatasi nyeri kanker dan dapat menyebabkan sedasi serta kebingungan, terutama pada pasien yang lebih tua. Di sisi lain, opioid terbukti sangat efektif dalam mengatasi nyeri kanker moderat hingga berat.

Komunitas pengobatan nyeri semakin khawatir bahwa ketakutan akan penggunaan opioid telah diambil terlalu jauh, sehingga pasien kanker pun tidak bisa mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Masalah ini mungkin tidak dirasakan banyak orang hingga mereka atau orang terkasih mengalami nyeri yang parah. Namun, jika Anda hanya menyadari ketika sudah menderita kanker, maka akan sudah terlambat.

Tidak hanya pasien kanker yang menderita, namun pasien dengan nyeri dari kondisi lain juga berhak mendapatkan perawatan yang efektif. Penelitian oleh Dr. Rodin juga menunjukkan bahwa pasien dalam perawatan paliatif sering kali merasa kesulitan mendapatkan opioid karena masalah suplai dan hambatan dari asuransi. Ia menegaskan, “Ratusan ribu pasien yang serius sakit di AS membutuhkan opioid sebagai perawatan utama untuk nyeri.” Obat-obatan ini adalah solusi yang mungkin satu-satunya untuk mengontrol nyeri dan membantu pasien berfungsi dengan baik.

Sejarah panjang penggunaan opioid dalam pengobatan nyeri menunjukkan efektivitasnya, dan risiko ketergantungan serta overdosis jauh lebih rendah daripada yang dipahami masyarakat umum saat ini. Kini, tantangannya adalah memberi tahu dokter dan CDC agar mengakui hal ini.

Berdasarkan penelitian terbaru, banyak pasien kanker yang berisiko kehilangan akses terhadap opioid yang dibutuhkan untuk mengelola rasa sakit. Pedoman CDC seharusnya mengecualikan mereka, namun kenyataannya tidak. Efektivitas opioid dalam mengobati nyeri kanker sangat penting dan harus diperhitungkan oleh dokter dan institusi kesehatan, agar pasien kanker dan pasien dengan kondisi lainnya mendapatkan perawatan yang seharusnya mereka terima.

Sumber Asli: www.painnewsnetwork.org

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *