Apakah Penyelaman Dingin Dapat Mencegah atau Mengobati Kanker?

Penyelaman dingin memiliki sejarah panjang namun hubungan langsung dengan kanker masih samar. Penelitian menunjukkan keuntungan terbatas dalam pengurangan tumor pada hewan. Terapi dingin menawarkan kemungkinan mengurangi kerontokan rambut akibat kemoterapi, tetapi diskusi dengan dokter sangat disarankan sebelum mencoba.

Penyelidikan tentang penyelaman dingin, yaitu perendaman tubuh dalam air dingin untuk tujuan terapeutik, sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dari tradisi vinterbading di Skandinavia hingga misogi di Jepang, cara ini diklaim memberikan banyak manfaat seperti pengurangan peradangan dan pembaikan otot setelah aktivitas fisik. Namun, hubungannya dengan kanker masih belum jelas.

Menurut Dr. Ting Bao, co-director dari Leonard P. Zakim Center di Dana-Farber, “Hingga saat ini, belum ada uji klinis yang dilakukan mengenai efek penyelaman dingin pada pencegahan atau pengobatan kanker, jadi terapi dingin tidak termasuk dalam standar perawatan onkologi.” Meski ada beberapa bukti anekdotal tentang manfaatnya untuk mengatasi nyeri sendi atau otot, penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Datanya terbatas, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa bentuk terapi dingin lain mungkin membantu mengecilkan tumor, setidaknya dalam studi hewan. Dalam sebuah studi pada 2022 di jurnal Nature, tikus yang hidup di lingkungan bersuhu 4ºC mengalami pengurangan pertumbuhan tumor hingga 80% dibandingkan tikus yang berada di suhu 30ºC. Penelitian lain juga menunjukkan efek serupa pada tikus yang memiliki tumor fibrosarcoma dan melanoma.

Berbasis penelitian tersebut, efek terapi dingin dalam mengurangi tumor dapat dikaitkan dengan aktivasi jaringan lemak coklat, yang berfungsi mengubah glukosa dan lemak menjadi panas. Ketika lemak coklat aktif, ia menggunakan glukosa untuk menghangatkan tubuh. Ini berarti sel-sel kanker yang bergantung pada glukosa mungkin memperoleh lebih sedikit energi untuk berkembang.

Dalam aspek lain, terapi dingin, seperti “cold cap” (penutup kepala dingin), bisa membantu mengatasi efek samping kemoterapi seperti kerontokan rambut. Saat menggunakan cap dingin, pasien mengenakan kap yang ketat dengan aliran pendingin yang mengalir melalui saluran khusus. Suhu yang dijaga antara 64-72ºF dapat mengurangi aliran darah ke folikel rambut, sehingga potensi kerusakan berkurang.

Ada juga terapi lain, seperti sarung tangan dingin dan kaus kaki dingin. Kedua alat ini bertujuan untuk melindungi kuku tangan dan kaki dari kerusakan dengan membatasi jumlah kemoterapi yang sampai ke area tersebut. Menurut Dr. Bao, “Dengan aliran darah yang berkurang, obat kemoterapi sedikit mencapai area itu, yang mungkin bisa melindungi rambut atau dampaknya yang lebih ringan.”

Namun, calon pasien harus ingat pentingnya mendiskusikan keuntungan dan risikonya dengan tim perawatan kesehatan mereka. Hal ini termasuk mempertimbangkan potensi ketidaknyamanan, infeksi, atau beban pada tubuh bagi mereka yang memiliki kondisi jantung atau tekanan darah tinggi atau rendah. “Pasien kanker atau yang sedang dalam perawatan aktif perlu tahu ada pertimbangan khusus terkait risiko, ” kata Dr. Bao.

Dalam peninjauan lebih mendalam tentang penggunaan terapi dingin dan aplikasinya dalam kanker, Dr. Ting Bao menekankan perlunya penelitian lebih mendalam untuk benar-benar memahami hubungan ini. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang luas, Dr. Bao berkomitmen untuk mengeksplorasi potensi terapi ini serta dampaknya bagi pasien kanker.

Meskipun penyelaman dingin memiliki potensi manfaat, terutama dalam pengurangan tumor di model hewan, kurangnya penelitian di manusia menimbulkan ketidakpastian. Terapi dingin dapat membantu mengatasi efek samping kemoterapi seperti kerontokan rambut, tetapi penting untuk mendiskusikan dengan profesional medis sebelum mencoba pendekatan ini. Klarifikasi lebih lanjut dan penelitian yang lebih mendalam dibutuhkan untuk memahami efek penyelaman dingin dalam konteks kanker.

Sumber Asli: blog.dana-farber.org

Lila Morrison

Lila Morrison is a seasoned journalist with over a decade of experience in investigative reporting. She graduated from Columbia University with a degree in Journalism and has worked for prominent news outlets such as The Tribune and Global News Network. Lila has a knack for uncovering the truth behind complex stories and has received several awards for her contributions to public discourse.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *