Obat Penurun Berat Badan Seperti Ozempic Mungkin Cegah Kanker, Kata Penelitian Baru

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat penurun berat badan GLP-1, seperti Ozempic, mungkin dapat mengurangi risiko kanker pada individu dengan obesitas dan diabetes, sebanding dengan pembedahan bariatrik. Temuan ini, meskipun menjanjikan, memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami sepenuhnya implikasinya.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa obat penurun berat badan, termasuk Ozempic, mungkin memiliki manfaat tambahan dalam mencegah kanker. Penelitian ini mengindikasikan bahwa obat-obatan yang awalnya dikembangkan untuk mengobati diabetes tipe 2 tidak hanya membantu menurunkan berat badan, tetapi juga dapat mengurangi risiko kanker terkait obesitas secara signifikan.

Dalam studi berjudul “Agonis reseptor peptida glucagon-like-1 dibandingkan dengan pembedahan bariatrik metabolik dan risiko kanker terkait obesitas”, yang dimuat dalam jurnal eClinicalMedicine, para peneliti menemukan bahwa pengguna obat GLP-1 generasi pertama—seperti Semaglutide (Ozempic, Rybelsus, Wegovy)—mengalami pengurangan risiko kanker yang serupa dengan mereka yang menjalani pembedahan bariatrik, meskipun rata-rata penurunan berat badan lebih sedikit.

Studi ini melibatkan lebih dari 6.300 orang dewasa di Israel dengan obesitas dan diabetes tipe 2, diikuti selama 7,5 tahun, hingga maksimal 12,9 tahun. Penelitian ini meneliti berbagai kanker termasuk kanker payudara, usus besar, rahim, ovarium, pankreas, dan hati. Temuan kunci menunjukkan bahwa obat GLP-1 memberikan efek perlindungan langsung yang 41 persen lebih besar dibandingkan pembedahan setelah memperhitungkan penurunan berat badan.

Angka kejadian kanker di kedua kelompok hampir identik. Dari 3.178 yang menjalani pembedahan bariatrik, 150 mengembangkan kanker, sedangkan pada kelompok obat GLP-1, 148 mengembangkan kanker. Meskipun kehilangan berat badan lebih besar terjadi pada yang menjalani operasi, obat GLP-1 menunjukkan perlindungan yang lebih kuat dalam pencegahan kanker.

Peneliti berpendapat bahwa peradangan mungkin adalah kuncinya. Obesitas dapat menciptakan keadaan pro-peradangan yang meningkatkan risiko kanker. Obat agonis reseptor GLP-1 dapat menurunkan aktivitas berlebihan sistem imun, mengurangi penanda peradangan, dan meningkatkan pengaturan hormon, yang semua ini bersama-sama dapat menurunkan kemungkinan pengembangan kanker.

Di India, beberapa obat GLP-1 tersedia. Tirzepatide (Mounjaro) dari Eli Lilly adalah suntikan mingguan untuk diabetes tipe 2 dengan harga sekitar ₹3.500 (2,5 mg). Semaglutide (Wegovy) dari Novo Nordisk, yang masih belum diluncurkan, diperkirakan akan memiliki biaya antara ₹8.000 hingga ₹14.000 per bulan. Semaglutide (Rybelsus), juga dari Novo Nordisk, hadir dalam bentuk minum harian, dan harganya sekitar ₹12.000 hingga ₹13.000 per bulan.

Meski menjanjikan, ada risiko dan efek samping yang harus diperhatikan. Efek samping yang umum termasuk masalah gastrointestinal seperti mual dan diare, serta risiko pankreatitis dan komplikasi ginjal yang jarang terjadi. Ada kekhawatiran tentang hubungan yang mungkin dengan kanker pankreas atau tiroid, meskipun bukti kausal yang pasti belum ditemukan.

Akhir kata, walau hasilnya menjanjikan, para ahli menyatakan perlunya lebih banyak uji coba acak dan studi jangka panjang. Obat GLP-1 mungkin menjadi bagian dari strategi pencegahan kanker yang lebih luas, tetapi dampaknya secara keseluruhan masih perlu dipahami lebih dalam.

Obat penurun berat badan seperti GLP-1 tidak hanya membantu menjauhkan lemak tubuh, tetapi juga bisa berperan dalam pencegahan kanker, terutama pada individu dengan obesitas dan diabetes. Temuan ini cukup menarik dan menunjukkan potensi penting dari obat ini, meskipun penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menggali manfaat jangka panjangnya. Beberapa efek samping tetap merupakan hal yang perlu dicermati.

Sumber Asli: www.business-standard.com

Nina Sharma

Nina Sharma is a rising star in the world of journalism, celebrated for her engaging storytelling and deep dives into contemporary cultural phenomena. With a background in multimedia journalism, Nina has spent 7 years working across platforms, from podcasts to online articles. Her dynamic writing and ability to draw out rich human experiences have earned her features in several respected publications, captivating a diverse audience.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *