Penelitian UCLA menunjukkan bahwa MRI dan terapi fokus dapat membantu pria dengan kanker prostat menunda bedah atau radiasi. MRI akurat dalam mendeteksi kanker stabil, dengan prediksi non-progresi hingga 95%. Terapi fokus tampil baik dalam menghindari prosedur invasif. Penelitian ini mengusulkan pendekatan yang lebih personal dan efektif dalam pengelolaan kanker prostat.
Sebuah studi terbaru dari UCLA Health Jonsson Comprehensive Cancer Center menunjukkan bahwa MRI dan terapi fokus dapat membantu pria dengan kanker prostat risiko rendah hingga menengah untuk menunda prosedur invasif seperti bedah atau radiasi. Penemuan ini berdampak pada pengelolaan kanker prostat, di mana banyak pria dapat tetap dalam pengawasan aktif tanpa rasa khawatir atau prosedur pengulangan yang menyakitkan. Dengan menggunakan teknologi canggih ini, keakuratan deteksi kanker meningkat, dengan MRI mampu memprediksi non-progresi kanker hingga 95% pada pria risiko rendah.
Selama penelitian yang melibatkan 869 pria yang terdaftar dalam program pengawasan aktif antara 2010 dan 2022, ditemukan bahwa biopsi lanjutan yang sebelumnya dianggap penting, bisa digantikan oleh MRI dalam banyak kasus. Terlebih lagi, sekitar 84% pria yang menjalani terapi fokus berhasil menghindari bedah atau radiasi, berbanding jauh dengan 46% pada mereka yang tidak menjalani terapi tersebut. Penemuan ini dipublikasikan dalam Journal of Urology dan memperkuat argumen tentang pentingnya metode modern dalam memantau kanker.
Dr. Leonard Marks, profesor urologi di UCLA, menjelaskan bahwa kombinasi diagnosis berbasis MRI dengan terapi fokus dapat menawarkan pendekatan yang lebih personal. Menurut penelitian, ini tidak hanya mengurangi prosedur yang tidak perlu, tetapi juga memungkinkan identifikasi pasien yang paling diuntungkan dari pengawasan yang lebih panjang. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup tanpa mengurangi keselamatan.
Prostatitis adalah kanker non-kulit yang paling umum di kalangan pria Amerika, di mana satu dari delapan pria didiagnosis seumur hidup. Banyak kasus ini memiliki risiko rendah dan cenderung tumbuh lambat, sehingga tidak selalu bergejala. Walau pengawasan aktif semakin diterima, masih banyak pria yang memilih bedah atau radiasi karena rasa takut terhadap risiko kanker. Penelitian UCLA berusaha mengatasi kekhawatiran ini dengan menggunakan MRI yang lebih akurat untuk mengawasi perubahan kanker secara tepat.
Diagnosis melalui MRI dan biopsi yang dibimbing MRI memberi penjelasan yang lebih rinci tentang kanker prostat dan memudahkan pemantauan dari waktu ke waktu. Metode tradisional yang bergantung pada biopsi bimbing ultrasonografi kadang tidak efektif dalam mendeteksi tumor yang penting, bahkan bisa menyebabkan pengobatan berlebihan pada kanker yang tumbuh lambat. Sedangkan terapi fokus adalah prosedur invasif minimal yang hanya menyasar tumor dan menggunakan panduan gambar untuk memastikan lokasi tumor yang tepat.
Dalam studi ini, peneliti menemukan bahwa dengan MRI, kebutuhan untuk biopsi ulang berkurang. Banyak pria yang hasil MRI-nya menguntungkan dapat menghindari biopsi ulang, yang mengurangi kemungkinan menjalani bedah atau radiasi. Penelitian juga menunjukkan penurunan jumlah pasien yang keluar dari pengawasan aktif karena kecemasan, yang diyakini berkaitan dengan meningkatnya kepercayaan pada pemantauan berbasis MRI.
Namun, para peneliti memperingatkan bahwa hasil dari studi ini mungkin tidak dapat diterapkan ke semua setting, mengingat penelitian dilakukan di satu pusat medis dengan keahlian khusus. Penulis utama studi ini adalah Shannon Martin, mahasiswa tahun akhir di David Geffen School of Medicine di UCLA, dibantu oleh banyak peneliti lainnya. Penelitian ini mendapat dukungan dari National Cancer Institute dan Jean Perkins Foundation.
Studi ini menunjukkan potensi penggunaan MRI dan terapi fokus untuk manajemen kanker prostat. Dengan meningkatnya akurasi dalam memantau perkembangan kanker, banyak pria dapat dihindarkan dari prosedur yang tidak perlu. Selain itu, terapi fokus terbukti efektif membantu pasien tetap aman dari intervensi invasif lebih jauh. Sementara hasilnya menjanjikan, penting untuk diingat bahwa penerapan temuan ini harus hati-hati, mengingat keterbatasan setting penelitian.
Sumber Asli: newsroom.ucla.edu