Joe Biden didiagnosis kanker prostat agresif yang menyebar ke tulang. Kasusnya jarang, dan terapi hormonal diharapkan bisa mengatasi penyakit ini. Diskusi tentang skrining kanker prostat masih hangat diperbincangkan di kalangan dokter, terutama untuk pria lebih tua.
Perkembangan terbaru mengenai diagnosis kanker prostat mantan Presiden Joe Biden menggugah perhatian banyak dokter. Kanker ini, meskipun terbilang jarang, tidak sepenuhnya asing. Di usia 82 tahun, Biden baru saja didiagnosis dengan jenis kanker yang agresif setelah penemuan noda di prostatnya, dan kabarnya kanker ini sudah menyebar ke tulang. Namun, ada harapan bahwa pengobatan bisa berhasil.
Sebagian besar kasus kanker prostat terdeteksi lebih awal, biasanya melalui skrining rutin seperti tes darah atau pemeriksaan rektal. Namun, sekitar 8% kasus sudah dalam tahap metastasis, yang berarti kanker telah menyebar ke organ lain saat diagnosis dibuat. “Kita dapat memperkirakan bahwa dia telah mengidap kanker prostat untuk waktu yang lama,” ujar Dr. William Dahut, kepala ilmuwan di American Cancer Society.
Ada pengecualian, seperti yang dinyatakan oleh Dr. Alon Weizer, dokter urologi di Mount Sinai Medical Center. “Sebagian besar kanker prostat tumbuh lambat, tetapi ada juga yang tumbuh cepat dan bisa menyebar dengan cepat,” katanya. Hal ini tentu cukup jarang, tetapi itu bisa terjadi, tergantung pada biologi kanker berdasarkan individu.
Meskipun skrining berperan penting dalam deteksi awal, pandangan para medis tentang siapa yang seharusnya mendapatkan skrining tidak selalu sepakat. Banyak dokter tidak merekomendasikan skrining untuk pria berusia akhir 70-an atau 80-an karena mereka lebih mungkin meninggal karena kondisi medis lain. Namun, dengan meningkatnya usia harapan hidup, beberapa dokter berpandangan bahwa skrining tetap penting bagi pria yang sehat.
American Cancer Society merekomendasikan pria berusia 50-an dan 60-an untuk melakukan skrining setiap dua tahun. Sementara pria dengan hasil tes darah tinggi harus menjalani skrining tahunan. Untuk pria dengan risiko lebih tinggi, seperti Afrika-Amerika atau yang memiliki riwayat keluarga penyakit ini, disarankan untuk memulai skrining di usia 40-an. Namun, langkah-langkah yang diambil oleh U.S. Preventive Services Task Force saat ini menunjukkan hal berbeda.
Pada 2012 sampai 2018, mereka tidak merekomendasikan tes darah yang terbukti bisa mendeteksi kanker prostat. Akibatnya, skrining menurun. “Kanker prostat adalah jenis kanker yang unik, karena banyak di antaranya tidak menimbulkan masalah sama sekali,” ungkap Weizer. Akibatnya, dokter kini lebih selektif dalam menentukan kasus mana yang perlu ditangani dan mana yang cukup dipantau.
Meskipun tren kembali meningkat untuk melakukan lebih banyak skrining, ada kekhawatiran tetap bahwa manfaat dari skrining mungkin tidak sebanding dengan risiko overdiagnosis. Sejak 2012, laju skrining telah menurun, berkontribusi pada peningkatan kasus kanker prostat yang lebih lanjut. Menunggu hasil skrining, Biden tidak terlihat melakukan ujian terkait dalam beberapa tahun terakhir. Catatan fisiknya terakhir pada Februari 2024 menunjukkan tidak adanya skrining pada usia tersebut.
Pakar urologi Dr. David Shusterman mengatakan diagnosis Biden itu “tidak biasa bagi seseorang yang rutin mendapatkan cek kesehatan.” Sementara itu, kasus yang lebih umum adalah pada pasien yang tidak melakukan pemeriksaan secara berkala. Seperti yang dialami Rick Gum yang tanpa skrining mendapati kanker prostat. Setelah diagnosanya, ia terlibat dalam sejumlah percobaan klinis.
Kisah Gum menjadi pelajaran penting. Dia menyesali kurangnya pengecekan, dan selama tujuh tahun terakhir ia berjuang melawan kanker, merasakan waktu berkualitas dari hidupnya. Sekitar 37% pasien dengan kanker prostat metastatik bertahan hidup setidaknya lima tahun setelah diagnosis. Dr. Peter Nelson dari Fred Hutch Cancer Center menambahkan bahwa Biden kemungkinan memiliki lebih dari 90% peluang untuk merespons terapi yang bertujuan menurunkan testosteron, jenis perawatan yang umum. Biden bersama keluarganya sedang mempertimbangkan beberapa opsi pengobatan, termasuk terapi hormon.
Joe Biden, yang berusia 82 tahun, didiagnosis dengan kanker prostat agresif yang telah menyebar ke tulang. Diagnosis ini tidak biasa dan mengindikasikan pengalaman yang panjang dengan kanker. Perdebatan tentang skrining untuk kanker prostat masih berlanjut di kalangan tenaga medis. Namun, pasien seperti Biden memiliki harapan lebih dari 90% untuk merespons terapi hormonal yang mungkin akan diambilnya, di mana keluarganya sedang mempertimbangkan beberapa opsi pengobatan.
Sumber Asli: www.nbcnews.com