Empat peneliti dari Weill Cornell Medicine menerima penghargaan Ritu Banga Healthcare Disparities Research Awards guna mendukung penelitian yang mengatasi kesenjangan dalam perawatan kesehatan. Dibiayai dengan sumbangan $5 juta, setiap penerima mendapatkan $50.000 untuk proyek mereka, yang berfokus pada peningkatan hasil kesehatan bagi populasi yang rentan. Mereka mengeksplorasi isu-isu mulai dari kanker pediatrik, akses perawatan di daerah miskin, hingga pencegahan diabetes tipe 2 di wanita setelah melahirkan.
Empat peneliti dari Weill Cornell Medicine mendapat penghargaan Ritu Banga Healthcare Disparities Research Awards yang bertujuan untuk menutupi kesenjangan perawatan di bidang kesehatan. Dibiayai oleh sumbangan sebesar $5 juta dari Ritu dan Ajay Banga, setiap penghargaan senilai $50.000 ini mendukung proyek yang berfokus pada peningkatan hasil kesehatan bagi populasi yang mengalami penghalang sistematis dalam pelayanan kesehatan.
“Merupakan suatu kehormatan untuk mewujudkan visi Banga tentang sistem kesehatan di mana semua orang dapat merasakan perawatan berkualitas tinggi,” ungkap Dr. Lola Brown, dekan asosiasi penelitian di Weill Cornell Medicine. “Penerima penghargaan tahun ini memberikan kontribusi penting untuk meningkatkan kesehatan semua orang.”
Dari empat penerima penghargaan, tiga di antaranya fokus pada kesenjangan dalam perawatan kanker, di tengah lebih dari 2 juta kasus baru kanker yang diperkirakan akan terdiagnosis di AS tahun ini. Dr. Julie Boyer, direktur eksekutif di Meyer Cancer Center menyatakan kebanggaannya terhadap dukungan yang diberikan pada penghargaan ini, yang selaras dengan misi mereka untuk memperluas pelayanan kesehatan berbasis riset.
Berikut adalah penerima penghargaan dan riset mereka:
– Dr. Nitya Gulati, Asisten Profesor Hematologi Pediatrik, fokus pada faktor biologis sel tumor pada anak-anak penderita Hodgkin Lymphoma, yang menunjukkan perbedaan hasil signifikan berdasarkan ras. Penelitiannya akan mengeksplorasi mikro lingkungan tumor, dengan harapan memperbaiki pengobatan dan hasil kesehatan anak-anak. “Penghargaan ini memungkinkan saya untuk menyelidiki perbedaan yang ada,” kata Dr. Gulati.
– Dr. Jialin Mao, Asisten Profesor Ilmu Kesehatan Populasi, meneliti hambatan akses perawatan kanker bedah berkualitas di antara pasien kanker gastrointestinal dari daerah berkemiskinan tinggi. Menurutnya, individu dari daerah ini menghadapi hambatan sistematis yang mempengaruhi perawatan, yang perlu dieksplorasi lebih lanjut. “Penghargaan ini merupakan pengakuan bagi penelitian saya,” ujar Dr. Mao.
– Dr. Yiwey Shieh, Asisten Profesor Ilmu Kesehatan Populasi, menyelidiki prognosis kanker paru-paru pada orang yang tidak pernah merokok. Menggunakan database baru di Meyer Cancer Center, ia harap riset ini bisa mengembangkan model prediksi untuk rekurensi kanker. “Penghargaan ini memberi kami kesempatan untuk meningkatkan kualitas perawatan bagi pasien kami,” jelasnya.
– Dr. Alpana Shukla, Asisten Profesor di bidang Kedokteran, mengembangkan intervensi diet berbasis pola makan untuk mencegah diabetes tipe 2 di antara wanita India pasca melahirkan yang berisiko tinggi. Penelitiannya menguji pendekatan yang mengutamakan konsumsi sayur berserat. “Saya sangat senang mendapatkan penghargaan ini untuk membantu salah satu kelompok berisiko tinggi,” kata Dr. Shukla.
Dari penelitian-penelitian ini, terlihat komitmen para peneliti untuk mengurangi kesenjangan dalam perawatan kesehatan dan memperbaiki hasil bagi populasi yang sering kali terpencil atau tidak terlayani dengan baik. Kinerja penelitian ini mencerminkan harapan untuk inovasi yang dapat menjembatani akses ke perawatan yang lebih baik untuk semua.
Menerima Ritu Banga Healthcare Disparities Research Awards, empat peneliti dari Weill Cornell Medicine mengarahkan fokus penelitian mereka untuk menutup kesenjangan dalam perawatan kesehatan. Dari mempelajari kesenjangan rasial dalam hasil kanker pediatrik hingga memformulasi intervensi diet untuk mencegah diabetes, semua proyek memiliki tujuan serupa: meningkatkan kualitas perawatan bagi mereka yang selama ini terpinggirkan. Ini merupakan langkah penting dalam upaya menyeimbangkan akses layanan kesehatan di seluruh komunitas.
Sumber Asli: news.weill.cornell.edu