Kanker prostat merupakan kanker solid paling umum pada pria, dengan 300.000 kasus baru tahun ini. Ini mendesak pentingnya deteksi awal melalui tes PSA dan pilihan pengobatan. Metode pengobatan telah berkembang, termasuk pemantauan aktif bagi pasien kanker prostat rendah, yang mengurangi risiko perawatan yang tidak perlu.
Kanker prostat tetap menjadi isu hangat di dunia medis, terlebih setelah kabar tentang diagnosis kanker prostat stadium IV pada mantan Presiden Joe Biden. Ini menimbulkan pertanyaan dan minat masyarakat yang lebih besar akan kondisi ini. Dalam program radio Connecticut Public “Yale Cancer Answers”, Dr. Michael Leapman dari Yale Cancer Center memberikan wawasan berharga bersama Dr. Eric P. Winer tentang pentingnya deteksi dan pengobatan kanker prostat.
Deteksi dini kanker prostat melalui tes PSA, yang diperkenalkan sejak tahun 1990-an, memang telah mengubah cara kita mendiagnosis dan mengobati kanker prostat. PSA, yang singkatan dari prostate-specific antigen, dihasilkan oleh sel-sel prostat, baik yang normal maupun kanker. Namun, menginterpretasi hasil tes ini kadang bisa membingungkan. Penyebab lain seperti infeksi atau peradangan juga bisa meningkatkan kadar PSA.
Lantas, siapa yang sebaiknya melakukan tes PSA? Dari hasil penelitian, manfaat paling nyata terlihat pada pria berusia antara 55 hingga 69 tahun. Namun, screening tidak selalu dianjurkan untuk semua pria. Jika seorang pria berusia 80 tahun dengan masalah kesehatan serius mungkin lebih baik tidak melakukan tes ini mengingat kemungkinan risiko yang lebih tinggi ketimbang manfaat.
Di Amerika Serikat, kanker prostat adalah kanker solid yang paling umum terdiagnosis, dengan perkiraan 300.000 kasus baru tahun ini. Dari studi autopsi, banyak pria di usia 80-an menunjukkan tanda-tanda sel kanker prostat, meskipun mereka meninggal karena penyebab lain. Meskipun angka kematian dari kanker prostat mencapai 30.000 hingga 35.000 per tahun, banyak pria yang didiagnosis berhasil menjalani perawatan.
Dalam hal pengobatan, kami melihat perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam pengobatan penyakit lokal. Pengobatan tetap berupa radiasi dan bedah, tetapi juga muncul terapi fokus, menggunakan berbagai bentuk energi untuk menghancurkan bagian prostat tanpa harus mengangkatnya. Selain itu, kemajuan dalam bedah robotik dengan pendekatan port tunggal memudahkan proses di ruang yang lebih sempit.
Ketika pasien dihadapkan pada pilihan antara bedah dan radiasi, banyak yang beruntung memiliki pilihan efektif. Bedah dapat memberikan gambaran jelas tentang tumor dan memungkinkan tambahan perawatan kalau perlu, sementara radiasi lebih mudah dan bisa dikombinasikan dengan pengobatan hormon untuk mengurangi testosteron. Namun, masing-masing metode ada risiko efek samping, termasuk kemungkinan kebocoran urin atau disfungsi seksual.
Kekhawatiran utama bagi banyak pria adalah efek samping pengobatan, terutama terkait kontrol urin dan fungsi seksual. Prostat yang berada di dekat kandung kemih membuat prosedur yang dilakukan bisa mempengaruhi kemampuan kontrol urin. Untungnya, ada pendekatan pemeriksaan aktif (active surveillance) yang semakin banyak dipilih, di mana pasien dengan kanker prostat rendah sering kali memilih untuk tidak segera diobati, yang terbukti aman.
Kita melakukan pemantauan yang ketat dan hal ini diklaim menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang sama antara mereka yang menjalani operasi, radiasi, atau hanya pemantauan. Ini memberikan peluang bagi pria untuk mendapatkan perawatan di masa mendatang jika diperlukan tanpa risiko pengobatan yang berlebihan. Efektivitas pemantauan aktif ini pada kanker prostat tidak agresif memungkinkan mengurangi prosedur yang tidak perlu.
Terakhir, walaupun lebih jarang, kanker prostat juga bisa terjadi pada pria muda, dan ini menjadi perhatian karena perawatan bisa mempengaruhi kesuburan serta fungsi seksual. Pendekatan pengobatan pun disesuaikan dengan kebutuhan khusus pria yang lebih muda, meskipun kejadian ini tetap lebih rendah dibandingkan pada pria yang lebih tua.
Kanker prostat, menjadi perhatian utama dengan angka diagnosis yang tinggi, memerlukan pemantauan dan penanganan yang hati-hati. Deteksi dini melalui tes PSA dapat bermanfaat bagi pria berusia 55 hingga 69 tahun, tetapi keputusan untuk melakukan tes perlu dibicarakan dengan dokter. Pengobatan juga berkembang pesat dengan berbagai pilihan, sementara pendekatan aktif pengawasan menurunkan risiko pengobatan yang tidak perlu. Bagi pria muda, penyesuaian perawatan tetap penting mengingat potensi dampaknya terhadap kesuburan dan fungsi seksual.
Sumber Asli: medicine.yale.edu