Sebuah studi menunjukkan bahwa perangkat skrining kanker serviks yang dapat diambil pasien sendiri sangat akurat dan lebih disukai daripada pengambilan koleksi oleh klinisi. Metode ini sudah mendapatkan persetujuan FDA dan dapat meningkatkan aksesibilitas skrining bagi wanita.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa perangkat skrining kanker serviks yang dapat diambil sendiri oleh pasien sangat akurat, mudah digunakan, dan lebih disukai dibandingkan metode yang dikumpulkan oleh klinisi. Penelitian ini dipublikasikan di JAMA Network Open, menjelaskan bahwa pengujian hrHPV (human papillomavirus) yang dilakukan sendiri (SC) menjadi pilihan dengan acuan rutinitas berdasarkan rekomendasi dari US Preventive Services Task Force (USPSTF).
Sebelumnya, pengujian ini memerlukan pemeriksaan dengan speculum di klinik, membuat beberapa orang kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan. Namun, dengan pedoman USPSTF terbaru, ada opsi untuk melakukan skrining secara mandiri. Peneliti mencatat bahwa meski ada penerimaan tinggi terhadap metode pengambilan sampel di rumah, efektivitas sampel yang disimpan tanpa media preservatif lebih rendah.
Studi Self-Collection for Cervical Cancer Screening mengevaluasi kesepakatan sampel swab kering yang diambil dengan perangkat Teal Wand dari pasien berusia 25 hingga 65 tahun. Pasien yang memiliki riwayat diagnosis hrHPV positif atau hasil sitologi Papanicolaou yang abnormal dalam 6 bulan terakhir termasuk dalam kelompok analisis. Mereka yang sedang hamil atau mengalami perdarahan vagina dikecualikan.
Setelah diberi pelajaran tentang cara menggunakan perangkat SC, pasien melakukan pengambilan sampel di tempat yang disediakan oleh peneliti. Sampel yang diambil kemudian dibandingkan dengan sampel yang dikumpulkan oleh klinisi. Pengujian dilakukan menggunakan Roche cobas hrHPV untuk menguji 14 tipe hrHPV.
Dari 599 sampel yang dianalisis, tingkat kepatuhan dalam tindak lanjut tercatat sangat tinggi, yaitu 98.2%. Hanya 2.3% dari hasil SC yang dinyatakan tidak valid, berbanding dengan 0.5% untuk hasil CC. Persentase kesepakatan positif untuk salah satu dari 14 hrHPV tercatat 95.2%.
Dari 245 peserta yang menjalani kolposkopi dengan biopsi, 19 orang menjalani prosedur eksisi. Lesi intraepithelial serviks derajat tinggi (CIN2+) ditemukan pada 48 pasien. Metode SC menunjukkan sensitivitas klinis absolut 95.8% untuk CIN2+ dengan nilai relatif 1.00 dibandingkan CC.
Setelah menggunakan perangkat SC, hanya dua peristiwa merugikan yang terdeteksi oleh klinisi, yaitu abrasi serviks kecil dan bercak yang terjadi setelah pengambilan sampel. Mayoritas pasien, yaitu 92.3%, merasa mudah memahami pengoperasian perangkat tersebut.
Sekitar 31.9% pasien melaporkan keterlambatan dalam skrining dengan alasan ketidaknyamanan saat pemeriksaan, kurangnya waktu, dan masalah finansial. Sebesar 45.8% lebih memilih skrining di rumah, sementara 34.2% memilih skrining spesulum di klinik.
Hampir 86% peserta menyatakan mereka lebih mungkin untuk tetap mengikuti jadwal skrining jika opsi di rumah tersedia. Secara keseluruhan, perangkat SC terbukti aman dan akurat, serta lebih disukai di antara populasi studi. Para peneliti menyimpulkan bahwa sekarang merupakan waktu yang tepat untuk menerapkan skrining kanker serviks di rumah, yang berpotensi meningkatkan aksesiblitas dan menghabisi kanker serviks.
Studi ini menunjukkan bahwa skrining kanker serviks yang dapat dilakukan sendiri memiliki akurasi tinggi dan lebih disukai oleh pasien dibandingkan dengan metode klinis. Dengan tingkat kepatuhan yang baik dan mayoritas pasien merasa nyaman dengan metode ini, tampaknya ada potensi besar untuk meningkatkan akses dan frekuensi skrining kanker serviks.
Sumber Asli: www.contemporaryobgyn.net