Pendanaan Federal Kurang untuk Kanker Dengan Tingkat Kematian Tinggi

Studi menunjukkan bahwa pendanaan penelitian kanker dari federal sangat tidak seimbang, terutama untuk kanker dengan tingkat kematian tinggi. Dokter Suneel Kamath mengungkapkan perlunya kebijakan pendanaan yang lebih adil dan efektif. Beberapa kanker jenis tertentu seperti kanker payudara dan prostat mendapatkan lebih banyak pendanaan dibandingkan dengan kanker yang lebih mematikan yang lainnya.

Di Chicago baru saja dipresentasikan hasil studi yang mengejutkan. Research funding dari pemerintah federal tampaknya tidak seimbang, terutama untuk jenis kanker yang memiliki tingkat kematian tinggi. Menurut penelitian yang diungkap di ASCO Annual Meeting, kekurangan pendanaan ini “sangat berkorelasi” dengan terbatasnya uji klinis, yang pada gilirannya menghambat kemajuan penelitian untuk penyakit ganas yang hasilnya sudah buruk. Dr. Suneel Kamath, seorang onkolog gastrointestinal yang bekerja di Cleveland Clinic, menjelaskan hal ini dengan tegas.

Dr. Kamath menekankan perlunya mendanai penelitian kanker yang memiliki tingkat kematian tinggi, seperti kanker payudara, paru-paru, dan prostat yang menerima pendanaan besar, sementara kanker rahim, serviks, dan hepatobiliari mendapatkan jumlah yang sangat sedikit. “Kami terus mendanai hasil yang sudah kami dapatkan, dan kami terus mengabaikan penyakit yang keadaannya tidak menguntungkan,” katanya kepada Healio. Penyebabnya adalah bahwa pendanaan dari NIH dan sumber federal lainnya sangat penting untuk riset dan advokasi kanker.

Analisis Dr. Kamath mencakup pendanaan dari 2013 hingga 2022 untuk berbagai jenis kanker, termasuk mamografi, kanker kanan, dan kanker darah. Dia memperhatikan adanya disparitas pendanaan yang terlihat, berdasarkan pada angka kejadian dan kematian kanker, serta dampaknya pada kelompok ras tertentu. Temuan menunjukkan bahwa pendanaan khusus kanker berhubungan baik dengan insiden, tetapi kurangnya hubungan dengan kematian sangat mencolok.

Kanker payudara, serviks, dan kanker ovarium mendapatkan pendanaan yang lebih baik. Di sisi lain, kanker kolorektal, paru-paru, dan rahim terlihat sangat kurang mendapat perhatian. Kamath mengaku tidak terkejut dengan tingginya pendanaan untuk kanker payudara, tetapi terkejut karena kanker lain yang sangat umum dan letal seperti kanker kolorektal, pankreas, dan rahim mendapatkan dana sedikit sekali.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan adanya kekurangan dalam pendanaan untuk kanker-kanker yang lebih umum di antara individu kulit hitam. Hal ini menekan kebutuhan lebih besar akan kebijakan pendanaan yang lebih merata. “Saat ini, pendanaan ditentukan oleh lobbying dan advokasi yang terkadang tidak rasional,” kata Kamath, menggambarkan pentingnya perubahan sistematis dalam pengalokasian dana.

Salah satu strategi yang mungkin adalah mengembangkan algoritma atau kriteria lain yang memperhitungkan faktor kejadian, kematian, biaya, dan dampak pada populasi tertentu, seperti yang lebih muda. Kamath menegaskan bahwa pendanaannya harus fokus pada tumor yang mempengaruhi banyak orang dan menyebabkan angka kematian tinggi, bukan sekadar tumor tertentu.

Analisis Kamath juga menunjukkan bahwa pendanaan untuk kanker tertentu sangat berkorelasi dengan jumlah percobaan klinis yang ada, yang dianggap sedikit mengejutkan mengingat sebagian besar dana biasanya untuk riset dasar. Dia menekankan bahwa banyak dari target obat yang ditemukan dalam penelitian berasal dari laboratorium yang didanai oleh pemerintah.

Dalam kesimpulannya, kebutuhan mendesak terhadap kebijakan pendanaan yang lebih merata sangat jelas. Penelitian yang menunjukkan disparitas pendanaan untuk kanker dengan tingkat kematian tinggi menggarisbawahi keharusan pemerintah untuk merubah cara alokasi dananya. Sejalan dengan itu, Pendanaan yang lebih baik berarti lebih banyak potensi untuk penelitian klinis dan efisiensi dalam menangani jenis kanker yang paling mematikan.

Sumber Asli: www.healio.com

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *