Kanker Kolorektal Terkait Risiko Kesehatan Seksual Jangka Panjang pada Perempuan

Sebuah studi dari University of British Columbia melaporkan wanita penyintas kanker kolorektal terpapar risiko tinggi untuk masalah kesehatan seksual jangka panjang. Ini termasuk nyeri saat berhubungan seks dan gagal ovarium prematur. Penelitian ini penting untuk mengintegrasikan perhatian terhadap kesehatan seksual dalam perawatan pasca kanker.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh University of British Columbia, ditemukan bahwa perempuan yang selamat dari kanker kolorektal (CRC) menghadapi risiko jangka panjang yang lebih tinggi terhadap komplikasi kesehatan seksual. Studi ini mengamati lebih dari 25.000 wanita yang didiagnosis dengan CRC di British Columbia dalam rentang dari 1985 hingga 2017, dan dibandingkan dengan lebih dari 250.000 kontrol yang tidak terdiagnosis kanker.

Penelitian ini menarik perhatian pada lima masalah kesehatan seksual dan reproduksi yang klinis terdiagnosis, yaitu dyspareunia (nyeri saat berhubungan seksual), penyakit radang panggul (PID), endometriosis, pendarahan abnormal dari rahim, dan gagal ovarium prematur. Hasil menunjukkan perempuan dengan CRC memiliki risiko 67% lebih tinggi untuk mengalami dyspareunia dan risiko hampir dua kali lipat untuk menderita endometriosis jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang bebas kanker.

Ancaman semakin meningkat bagi wanita yang didiagnosis sebelum usia 40 tahun, di mana risiko dyspareunia meningkat hingga 90% dan kemungkinan gagal ovarium prematur meningkat 75%. Selain itu, peneliti juga mengidentifikasi bagaimana berbagai tindakan pengobatan, seperti pembedahan dan kemoterapi, berkontribusi terhadap risiko-risiko ini. Terutama untuk wanita di bawah 40 tahun, kemoterapi menunjukkan peningkatan risiko lebih dari 160% untuk gagal ovarium prematur.

Mary De Vera, seorang profesor di UBC dan juga penyintas CRC, menekankan pentingnya kesehatan seksual dalam perawatan pasca kanker. De Vera mengatakan, “Kesehatan seksual adalah bagian penting dari kualitas hidup, tetapi sering diabaikan dalam perawatan. Masalah ini tidak jarang, tetapi umum dan signifikan, dan sering kali terdiagnosis hanya beberapa waktu setelah perawatan selesai.”

Berdasarkan data yang lebih komprehensif ini, ada tekanan pada penyedia layanan kesehatan untuk mulai memasukkan penilaian kesehatan seksual dalam perawatan pasca kanker kolorektal. Penelitian ini menjadi salah satu yang pertama memanfaatkan rekaman kesehatan administratif yang terhubung untuk menentukan hasil kesehatan seksual klinis pada penyintas CRC, menekankan pentingnya memasukkan wanita muda karena meningkatnya angka kanker kolorektal awal.

Co-peneliti Lori Brotto juga menyoroti kurangnya pelatihan dalam perawatan kanker dan dampaknya terhadap kesehatan seksual pasien. “Sebagian besar penyedia layanan kesehatan tidak dilatih untuk mengatasi masalah seksual pasca kanker. Temuan ini menunjukkan pentingnya pelatihan dalam mengidentifikasi masalah seksual dan mendukung penyintas cancer.”

Studi ini juga merekomendasikan agar masyarakat medis lebih sadar dan aktif mengintegrasikan penilaian kesehatan seksual dalam perawatan penyintas CRC. De Vera menekankan bahwa, “Mengidentifikasi dan mengakui masalah ini adalah langkah awal menuju perawatan yang lebih holistik dan penuh perhatian untuk wanita setelah kanker.”

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa dampak dari pengobatan kanker, usia, dan kesehatan reproduksi jangka panjang sangat kompleks, dan peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk merancang alat dukungan bagi wanita penyintas kanker kolorektal.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perempuan penyintas kanker kolorektal menghadapi berbagai risiko kesehatan seksual jangka panjang, termasuk nyeri saat berhubungan seksual dan gagal ovarium prematur. Penemuan ini menekankan perlunya perhatian lebih terhadap kesehatan seksual dalam perawatan pasca kanker. Pihak penyedia layanan kesehatan didorong untuk lebih memperhatikan dan mengintegrasikan penilaian serta dukungan kesehatan seksual bagi para penyintas, khususnya mereka yang lebih muda.

Sumber Asli: www.contemporaryobgyn.net

Lila Morrison

Lila Morrison is a seasoned journalist with over a decade of experience in investigative reporting. She graduated from Columbia University with a degree in Journalism and has worked for prominent news outlets such as The Tribune and Global News Network. Lila has a knack for uncovering the truth behind complex stories and has received several awards for her contributions to public discourse.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *