Pedoman Skrining Kanker untuk Deteksi Dini

Pedoman skrining kanker penting untuk deteksi dini. USPSTF dan ACS memperbarui rekomendasi berdasarkan penelitian terbaru. Skrining mencakup mammogram untuk kanker payudara, tes Pap untuk kanker serviks, kolonoskopi untuk kanker usus, dan lainnya. Sebaiknya periksakan ke dokter jika ada gejala mencurigakan.

Deteksi kanker di tahap awal sangat penting, sebab pengobatan di tahap lanjut biasanya lebih sulit. Organisasi seperti U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) dan American Cancer Society (ACS) terus memperbarui pedoman skrining kanker sesuai dengan penelitian terbaru.

Untuk kanker payudara, mammogram, yang merupakan sinar-X dosis rendah, adalah metode utama skrining. USPSTF merekomendasikan pemeriksaan mammogram setiap dua tahun untuk wanita berusia 40 hingga 74 tahun yang berisiko rata-rata. Untuk mereka yang berisiko lebih tinggi, skrining yang lebih sering bisa jadi lebih bermanfaat.

Kanker serviks, anal, dan oral berkaitan dengan infeksi human papillomavirus (HPV), yang umum terjadi. Skrining untuk kanker serviks dan anal meliputi tes Pap dan pengujian untuk jenis HPV yang berisiko tinggi. USPSTF merekomendasikan skrining kanker serviks dimulai pada usia 20. Sementara skrining rutin untuk kanker anal tidak dianjurkan bagi populasi umum, pria gay dan orang dengan HIV dianggap memiliki risiko lebih tinggi. Dokter gigi pun memeriksa tanda-tanda kanker mulut saat pemeriksaan gigi rutin.

Bagi kanker kolorektal, USPSTF merekomendasikan skrining untuk orang dewasa berusia 45 hingga 75 tahun yang memiliki risiko rata-rata. Mereka dengan risiko lebih tinggi mungkin memerlukan skrining lebih awal. Opsi yang tersedia mencakup kolonoskopi setiap 10 tahun, sigmoidoskopi fleksibel setiap lima tahun, atau tes tinja setiap tahun. Kolonoskopi memeriksa seluruh usus besar, sedangkan sigmoidoskopi mengamati bagian bawah.

Kanker hati dapat dipicu oleh hepatitis B atau C kronis, konsumsi alkohol berlebihan, dan penyakit hati berlemak. Meskipun skrining tidak dianjurkan untuk populasi umum, American Association for the Study of Liver Diseases merekomendasikan pemantauan semi-tahunan menggunakan ultrasonografi dan tes darah alfa-fetoprotein untuk orang dengan sirosis.

Untuk kanker paru-paru, skrining dilakukan dengan pemindaian CT dosis rendah. Ini tidak direkomendasikan untuk populasi umum berisiko rata-rata. Namun, USPSTF merekomendasikan pemindaian tahunan bagi orang berusia 50 hingga 80 tahun yang memiliki riwayat merokok 20 bungkus-tahun dan masih merokok atau telah berhenti dalam 15 tahun terakhir.

Skrining kanker prostat dengan tes darah spesifik prostat (PSA) dapat membantu mendeteksi kanker prostat yang agresif lebih awal. Menurut USPSTF, pria berusia 55 hingga 69 tahun sebaiknya membicarakan keputusan skrining PSA dengan penyedia layanan kesehatan mereka. ACS merekomendasikan pria berisiko rata-rata berdiskusi tentang tes PSA dimulai pada usia 50, atau hingga usia 40 bagi mereka yang berisiko lebih tinggi.

Kanker kulit bisa dideteksi melalui pemeriksaan visual pada kulit. Perubahan pada tahi lalat seperti ukuran yang besar, bentuk tidak teratur, atau warna yang tidak biasa bisa menjadi tanda peringatan.

Saran-saran di atas ditujukan untuk skrining pencegahan bagi orang yang memiliki risiko rata-rata tanpa tanda atau gejala kanker. Jika Anda mendapati benjolan aneh, perubahan penampilan, atau gejala seperti kelelahan berkepanjangan, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, atau nyeri tanpa sebab jelas, segera hubungi dokter.

Secara keseluruhan, pedoman skrining kanker ini sangat penting untuk deteksi dini dan pencegahan. Setiap jenis kanker memiliki metode dan waktu skrining yang berbeda. Skrining secara rutin bagi mereka yang berisiko rata-rata bisa menyelamatkan banyak nyawa, jadi penting untuk memperhatikan saran ini dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk perawatan yang tepat.

Sumber Asli: www.cancerhealth.com

Lila Morrison

Lila Morrison is a seasoned journalist with over a decade of experience in investigative reporting. She graduated from Columbia University with a degree in Journalism and has worked for prominent news outlets such as The Tribune and Global News Network. Lila has a knack for uncovering the truth behind complex stories and has received several awards for her contributions to public discourse.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *