Yayasan Minta Subsidi Pengobatan Kanker Anak dan Kesadaran Penyakit Dipperkuat

Okapi Children Cancer Foundation mendesak pemerintah untuk subsidi pengobatan kanker anak dan termasuk dalam skema asuransi kesehatan nasional. Kegiatan awareness di Abuja menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat tentang kanker anak. Penyintas mengeluhkan biaya pengobatan yang tinggi dan meminta dukungan untuk reintegrasi ke masyarakat.

Yayasan Okapi Children Cancer Foundation (OkapiCCF) mendesak pemerintah untuk mensubsidi pengobatan kanker anak dan memasukkan biaya perawatan ini ke dalam skema asuransi kesehatan nasional. Permintaan ini disampaikan oleh pendiri sekaligus relawan utama, Kemi Adekanye, saat melakukan kegiatan medis di Gidan Magoro, Abuja, bekerja sama dengan Silver Cross Hospital Foundation pada hari Sabtu lalu.

Adekanye menyatakan bahwa keterlibatan pemerintah sangat penting agar anak-anak dengan kanker bisa mendapatkan perawatan berkualitas. “Pemerintah seharusnya lebih terlibat dalam isu kanker anak. Ada dana kesehatan kanker, namun anak-anak tidak termasuk di dalamnya. Kami berharap untuk melihat pengobatan kanker anak yang disubsidi dan dukungan yang lebih besar untuk penciptaan kesadaran,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kesadaran mengenai kanker, mengingat banyak orang yang masih skeptis mengenai kemungkinan anak-anak terkena penyakit ini. “Banyak yang tidak tahu tanda-tanda dan gejala yang harus diperhatikan pada anak. Deteksi dini sangat penting untuk bertahan hidup. Jika kesadaran meningkat, peluang anak-anak untuk selamat dari kanker akan lebih tinggi,” jelasnya.

Sejak berdiri pada tahun 2017, yayasan ini telah membantu lebih dari 200 anak yang menderita kanker di berbagai rumah sakit di Abuja. Adekanye mengingatkan orangtua untuk selalu waspada dan segera mencari pertolongan medis apabila ada masalah kesehatan pada anak. “Orangtua harus diberdayakan untuk memantau tanda-tanda peringatan. Ketika diagnosis kanker sudah dikonfirmasi, kami melakukan segalanya untuk menyelamatkan anak tersebut dan juga mengunjungi komunitas dan sekolah untuk meningkatkan kesadaran. Contohnya, di komunitas Dutse, kesadaran masyarakat sekarang terasa lebih baik,” tambahnya.

Direktur Medis Silver Cross Hospital, Dr. Patrick Eze, juga menyoroti peran kegiatan ini dalam pemeriksaan kesehatan. Ia mencatat, “Selama pemeriksaan, kami menemukan seorang wanita dengan benjolan di payudara, yang menunjukkan pentingnya kegiatan seperti ini dan kebutuhan akses terhadap layanan kesehatan.”

Selain itu, seorang penyintas kanker payudara, Mariam Salami, mengeluhkan tingginya biaya perawatan kanker bagi penyintas dan keluarga mereka. “Perjalanannya sangat menantang. Penyintas seringkali harus bepergian untuk pengobatan, dan harga obat terus melambung. Saya telah menghabiskan lebih dari 20 juta Naira untuk perawatan,” ungkapnya.

Mariam meminta dukungan pemerintah untuk reintegrasi penyintas ke dalam masyarakat melalui kegiatan yang bermakna, karena banyak dari mereka kehilangan pekerjaan atau sumber penghidupan. Kepala desa Gidan Magoro, Musa Mogaji, menyampaikan rasa terima kasih kepada yayasan karena telah meningkatkan akses kesehatan di komunitasnya. “Saya menghargai para penyelenggara yang telah memilih komunitas saya. Ini adalah kali pertama kami mengadakan acara seperti ini di sini. Saya merasa diberdayakan dan akan melanjutkan diskusi ini di istana saya, mengajak orang-orang untuk melakukan kunjungan rumah sakit lebih awal karena deteksi dini sangat penting,” ujar Mogaji.

Kegiatan lain dalam outreach ini meliputi pemeriksaan kesehatan gratis, pemeriksaan mata serta distribusi kacamata, sosialisasi tentang kanker anak, dan pemberian bantuan kepada anak-anak.

Yayasan Okapi Children Cancer Foundation menyerukan perhatian lebih dari pemerintah dalam menangani kanker anak lewat subsidi. Kegiatan yang dilakukan menunjukkan bahwa kesadaran tentang penyakit ini masih rendah di masyarakat. Penting bagi orangtua untuk mengetahui tanda-tanda awal dan segera mencari bantuan medis. Dukungan lebih lanjut untuk penyintas juga sangat diperlukan agar mereka bisa reintegrasi ke dalam masyarakat.

Sumber Asli: gazettengr.com

Lila Morrison

Lila Morrison is a seasoned journalist with over a decade of experience in investigative reporting. She graduated from Columbia University with a degree in Journalism and has worked for prominent news outlets such as The Tribune and Global News Network. Lila has a knack for uncovering the truth behind complex stories and has received several awards for her contributions to public discourse.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *