FDA Setujui Pembrolizumab untuk Kanker Kepala dan Leher

FDA telah menyetujui pembrolizumab untuk pengobatan kanker kepala dan leher lokal lanjut yang dapat dioperasi, berdasarkan hasil studi KEYNOTE-689. Temuan menunjukkan waktu bebas kejadian yang lebih lama dan tingkat penyusutan tumor yang signifikan. Para ahli menyebut ini sebagai kemajuan besar dalam pengobatan kanker kepala dan leher.

FDA baru saja menyetujui pembrolizumab, sebuah inhibitor checkpoint imun, untuk pasien dengan kanker kepala dan leher skuamosa lokal lanjut yang dapat dioperasi. Persetujuannya berfokus pada pasien yang tumor mereka mengekspresikan PD-L1 dengan Combined Positive Score (CPS) ≥1, dinyatakan berdasarkan tes yang disetujui FDA.

Keputusan FDA ini didasarkan pada hasil studi kunci KEYNOTE-689, yang merupakan uji coba fase 3 acak dan terbuka. Dalam studi ini, pasien yang menerima pembrolizumab baik sebelum, selama, dan setelah menjalani operasi standar menunjukkan waktu bebas kejadian yang lebih lama dan tingkat penyusutan tumor yang signifikan. Penelitian ini dipimpin oleh Dana-Farber Brigham Cancer Center serta Universitas Washington.

Pola baru dalam perawatan kanker kepala dan leher ini sangat penting, karena memberi pilihan bagi pasien yang tepat untuk mendapatkan pembrolizumab sebelum dilakukan operasi. Dr. Ravindra Uppaluri, investigator utama studi tersebut, menyatakan bahwa “temuan ini adalah waktu yang sangat menggembirakan bagi pasien kami, karena merupakan kemajuan pertama dalam bidang ini dalam lebih dari dua dekade.”

Dr. Robert Haddad juga menyebutkan, “ini adalah persetujuan pertama inhibitor checkpoint dalam pengaturan perioperatif yang curatif dan menandai perubahan besar dalam cara kita mengelola kanker kepala dan leher yang diobati secara bedah.”

Studi KEYNOTE-689 melibatkan 714 pasien dengan kanker kepala dan leher skuamosa stadium 3 atau 4A yang baru didiagnosis. Mereka dibagi dalam dua kelompok, satu diobati dengan pembrolizumab dan satu lagi hanya menerima perawatan standar. Penelitian juga memantau keberadaan PD-L1 dalam tumor untuk mengetahui pengaruh tingkat PD-L1 yang lebih tinggi terhadap respons pengobatan.

Hasil utama dari studi ini menunjukkan bahwa mereka yang menerima pembrolizumab mengalami waktu bebas kejadian yang lebih lama; median waktu bebas kejadian tercatat 51,8 bulan untuk pasien yang menggunakan pembrolizumab, dibandingkan 30,4 bulan untuk yang tidak.

Tak ada efek samping baru yang dilaporkan, dan pasien yang menjalani pengobatan tepat waktu, tanpa terhambat oleh efek samping dari imunoterapi sebelum operasi. Ini memberikan secercah harapan baru dalam pengobatan kanker kepala dan leher.

Data ini sebelumnya juga dipresentasikan dalam Pertemuan Tahunan Asosiasi Penelitian Kanker Amerika (AACR) tahun 2025.

Persetujuan FDA untuk pembrolizumab menandai langkah signifikan bagi pengobatan kanker kepala dan leher, khususnya untuk tumor yang dapat dioperasi. Dengan studi yang menunjukkan peningkatan yang substansial dalam waktu bebas kejadian dan tingkat penyusutan tumor, ini mungkin merubah cara pengobatan kanker ini di masa depan. Penelitian lebih lanjut dipastikan akan berlanjut untuk menilai dampak jangka panjang dari terapi ini.

Sumber Asli: www.miragenews.com

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *