Peneliti di Universitas Birmingham menemukan sindrom DIAL, kondisi herediter yang mengganggu kemampuan memperbaiki DNA, meningkatkan risiko kanker darah pada pasien dan gangguan pemulihan pasca kemoterapi. Ini memberi kemungkinan untuk diagnosa lebih awal dan perawatan yang lebih personal bagi pasien dengan kondisi ini.
Penelitian terbaru mengungkapkan adanya kondisi herediter baru yang dapat mengganggu kemampuan pasien dalam memperbaiki DNA, yang pada gilirannya meningkatkan risiko mereka untuk mengidap kanker darah. Dalam studi yang diterbitkan di Nature Communications, tim peneliti internasional yang dipimpin oleh ahli genetika kanker dari Universitas Birmingham, didukung oleh Cancer Research UK, menemukan penyakit yang dinamakan sindrom DIAL ini.
Sindrom ini adalah kondisi langka yang diwariskan dan gejala klinisnya biasanya muncul dalam beberapa tahun pertama kehidupan. Gejalanya mirip dengan gangguan lain yang dikenal terkait kerusakan kromosom. Yang menjadi perhatian utama adalah, pasien tidak mampu memperbaiki kerusakan DNA dengan baik. Hal ini terjadi akibat mutasi pada gen DIAPH1 yang memproduksi protein untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Protein ini memicu pembentukan protein lain, actin, yang berfungsi seperti penyangga molekuler untuk mempertahankan kerusakan agar bisa diperbaiki.
Kekurangan DIAPH1 mengganggu pengaturan perkembangan dan fungsi sel B, sehingga meningkatkan kemungkinan pasien mengidap Limfoma Sel B. Selain itu, karena radioterapi dan kemoterapi bekerja dengan merusak DNA di sel kanker maupun sel sehat, pasien dengan sindrom ini tidak dapat memulihkan kerusakan tersebut. Kerusakan DNA yang tidak diperbaiki pada sel normal dapat menyebabkan kematian sel, yang berisiko menimbulkan efek samping yang mengancam nyawa.
Profesor Grant Stewart dari Universitas Birmingham yang menjadi penulis utama studi ini mengatakan, “Pasien dengan sindrom defisiensi perbaikan DNA biasanya adalah anak-anak yang sangat sakit. Selain kelainan perkembangan yang mempengaruhi berbagai organ, mereka sering berisiko tinggi untuk mengalami kanker. Sayangnya, kerusakan perbaikan DNA di setiap sel tubuh mereka membuat mereka sangat sensitif terhadap terapi yang biasanya digunakan untuk mengobati kanker.”
Stewart juga menjelaskan pentingnya identifikasi dini bagi anak-anak dengan kondisi ini, terutama sebelum memulai perawatan antikanker, untuk menghindari konsekuensi yang mengancam jiwa. Penelitian ini bukan hanya memberikan diagnosis atas kondisi genetik yang sebelumnya tidak dikenali, tetapi juga memberikan informasi bagi orang tua dan tenaga medis tentang perkembangan penyakit, komplikasi potensial, dan risiko kanker.
Satu pasien yang telah bekerja dengan tim genetik selama 19 tahun berperan penting dalam penemuan sindrom DIAL. Tim di Universitas Birmingham memberikan dukungan gratis melalui diagnosa genetik fungsional, terutama untuk pasien dengan kelainan genetik yang belum teridentifikasi. Awalnya, pasien ini dirujuk ke tim pada tahun 2006,
namun baru-baru ini teridentifikasi memiliki mutasi pada gen DIAPH1.
Kolaborasi dengan Profesor Henry Houlden di University College London berhasil mengidentifikasi 32 pasien lain dengan mutasi serupa, membuktikan bahwa ini adalah sindrom baru. Penelitian sel dari pasien ini mengungkapkan bahwa protein DIAPH1 berfungsi membantu memperbaiki DNA yang rusak. Kerja sama ini memungkinkan tim untuk menggali lebih dalam aspek fungsionalnya dan mencari lebih banyak pasien serta keluarga.
Peneliti sekarang berupaya agar sindrom DIAL dimasukkan dalam panel sekuensing agar bayi baru lahir dapat didiagnosis lebih cepat dan perawatan terapeutik yang lebih personal dapat diterapkan jika pasien pengidap sindrom ini mengembangkan kanker. Dr. Laura Danielson dari Cancer Research UK menjelaskan, “DIAL syndrome sangat langka, namun bagi keluarga yang terkena, temuan ini sangat penting. Penelitian seperti ini akan memastikan anak-anak dengan sindrom genetik bawaan memiliki kesempatan untuk menerima perawatan yang lebih personal jika mereka mengidap kanker.”
Dr. Danielson menambahkan, “Walaupun penting untuk dicatat bahwa untuk sebagian besar penderita kanker, kemoterapi adalah salah satu perawatan yang paling efektif. Sangat penting agar pasien melanjutkan perawatan yang direkomendasikan oleh dokter.”
Sumber: Journal reference: Woodward, B. L., et al (2025). Inherited deficiency of DIAPH1 identifies a DNA double strand break repair pathway regulated by γ-actin. Nature Communications. doi.org/10.1038/s41467-025-59553-0.
Temuan ini memperlihatkan dampak signifikan dari sindrom DIAL yang baru ditemukan, mengarah pada pemahaman lebih dalam tentang gangguan perbaikan DNA yang dapat mempengaruhi pasien muda. Penelitian ini memberikan harapan kepada pasien dan keluarga mereka, dengan potensi perawatan yang lebih spesifik dan personal. Penting untuk terus mendukung pasien dengan kondisi ini agar kesejahteraan mereka berdaya seiring dengan penerapan terapi kanker yang sesuai.
Sumber Asli: www.news-medical.net