Uji Coba Klinis Fase II untuk Menguji Intervensi Sederhana bagi Penyintas Kanker

Uji coba fase II sedang menguji intervensi sederhana untuk membantu penyintas kanker menghindari gagal jantung. Proyek RESILIENCE ini melibatkan 608 pasien di enam negara, terutama mereka yang dirawat kanker dengan anthracyclines. Intervensi ini, Remote Ischemic Conditioning (RIC), menawarkan metode non-invasif untuk mengurangi risiko kerusakan jantung.

Dalam sebuah uji coba klinis fase II, peneliti sedang menguji intervensi sederhana yang dapat membantu para penyintas kanker menghindari gagal jantung. Intervensi ini mirip dengan tekanan yang diberikan pada lengan saat pengukuran tekanan darah dan dirancang untuk pasien yang telah menjalani pengobatan dengan obat kemoterapi umum yang disebut anthracyclines.

Proyek ini dinamakan RESILIENCE, dan bertujuan untuk mengurangi insiden gagal jantung pada penyintas kanker. Saat ini, seratus lima puluh lima orang telah direkrut dalam penelitian ini, dengan total 608 diharapkan turut serta. Pasien yang terlibat dalam penelitian ini dirawat di 22 rumah sakit yang tersebar di enam negara: Spanyol, Jerman, Portugal, Denmark, Prancis, dan Belanda.

Anthracyclines sangat efektif dalam kemoterapi untuk mengobati berbagai jenis kanker, tetapi bisa berisiko merusak jantung, yang dikenal juga dengan istilah kardiotoksisitas. Hal ini dapat mengarah pada gagal jantung pada beberapa pasien. Profesor Borja Ibáñez, koordinator proyek RESILIENCE, menegaskan pentingnya penelitian ini bagi pasien yang sering kali merasa tertekan dengan risiko kerusakan jantung akibat pengobatan kanker.

“Uji coba ini menguji sebuah intervensi sederhana yang bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah sekali seminggu. Jika berhasil, ini dapat mengarah pada uji coba fase III yang lebih besar,” terang Profesor Ibáñez. Intervensi yang dimaksud, yang disebut Remote Ischemic Conditioning (RIC), melibatkan pembatasan aliran darah secara terkontrol dan memulihkan aliran darah di anggota tubuh pasien.

Proyek RESILIENCE juga akan mengeksplorasi perbedaan gender terkait kerusakan jantung akibat terapi kanker dan respons terhadap intervensi ini. Selain itu, terdapat rencana untuk menguji protokol pemindaian MRI baru yang diharapkan dapat mendeteksi kerusakan jantung lebih awal dari standar saat ini.

“Kali ini adalah yang pertama bagi intervensi yang ditawarkan kepada pasien kanker selama perawatan mereka guna mengurangi kemungkinan gagal jantung dalam jangka panjang. Keberuntungan lain adalah intervensi ini bersifat non-invasif dan tanpa efek samping yang diketahui,” tambah Profesor Ibáñez. Dia juga menunjukkan bahwa keterlibatan pasien dalam desain penelitian menunjukkan semangat yang besar dari mereka untuk memahami sisi ilmiah dari studi ini.

Profesor Ibáñez menyoroti kolaborasi luar biasa antara berbagai pihak di enam negara dalam penelitian ini, termasuk rumah sakit, pusat penelitian, mitra industri, serta peran penting yang dimainkan oleh European Society of Cardiology. Ukuran kolaborasi ini menjadikannya sebuah studi yang unik dalam bidang kardiologi-onkologi.

Diperkirakan ada sekitar 1 juta orang di Eropa yang menderita gagal jantung kronis akibat kardiotoksisitas dari terapi kanker. Dari 4 juta orang Eropa yang didiagnosis kanker setiap tahun, 3 juta di antaranya menerima anthracyclines sebagai bagian dari pengobatannya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sekitar 35% akan mengalami semacam kardiotoksisitas, dengan 6% diantaranya mengembangkan kardiotoksisitas moderat hingga berat, yang bisa berujung pada gagal jantung.

Uji coba fase II ini merupakan langkah penting dalam membantu penyintas kanker menghindari gagal jantung. Dengan berfokus pada intervensi sederhana di rumah, penelitian ini berpotensi mengubah cara kita menangani efek samping kemoterapi. Jika terbukti efektif, ini dapat memicu studi lebih lanjut yang lebih luas. Keterlibatan berbagai negara serta asosiasi medis menambah keunikan dan potensi dampak dari studi ini pada kesehatan kardiovaskular.

Sumber Asli: sciencex.com

Nina Sharma

Nina Sharma is a rising star in the world of journalism, celebrated for her engaging storytelling and deep dives into contemporary cultural phenomena. With a background in multimedia journalism, Nina has spent 7 years working across platforms, from podcasts to online articles. Her dynamic writing and ability to draw out rich human experiences have earned her features in several respected publications, captivating a diverse audience.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *