Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dua protein yang umum digunakan untuk mendeteksi kerusakan jantung, yaitu troponin T dan NT-proBNP, dapat memprediksi risiko kanker bertahun-tahun sebelum kemunculan gejala. Studi yang dipimpin oleh UCLA menemukan bahwa kadar tinggi kedua biomarker ini berkaitan dengan meningkatnya kasus kanker, menawarkan kesempatan baru untuk deteksi dini yang lebih efektif.
Dalam penemuan menarik, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh UCLA menemukan bahwa dua protein jantung dalam darah dapat menjadi indikator kanker bertahun-tahun sebelum gejalanya muncul. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kecil dalam kadar troponin T dan NT-proBNP di dalam darah bisa mengindikasikan risiko kanker yang lebih tinggi dalam waktu hampir 18 tahun. Dr. Xinjiang Cai, yang memimpin penelitian, menyatakan bahwa “temuan kami menunjukkan bahwa kekuatan prediktif biomarker ini mungkin melampaui penyakit jantung.”
Bergantung pada dasar yang telah ada, hipotesis ini tidak sepenuhnya mengejutkan. Biomarker jantung ini berhubungan erat dengan peradangan, metabolisme, dan stres vaskular—proses biologis yang umum terjadi saat tumor mulai berkembang. Troponin T yang sensitif menunjukkan adanya kebocoran protein dari jantung yang tertekan, sementara NT-proBNP meningkat saat jantung tertarik akibat tekanan. Peningkatan kadar kedua marker ini juga terkait dengan faktor risiko kanker, seperti usia, merokok, diabetes, dan obesitas.
Studi yang dikenal sebagai Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA) mengikuti 6.244 orang dewasa dari enam kota di AS lebih dari 17 tahun. Menariknya, peserta yang memiliki kadar troponin di atas 8,8 nanogram per liter mengembangkan kanker sekitar tiga kali lebih banyak dibandingkan mereka yang memiliki nilai di bawah batas deteksi. Sementara itu, orang dengan kadar NT-proBNP lebih dari 102,9 nanogram per liter memiliki kecenderungan dua kali lipat untuk terkena kanker dibandingkan peserta dengan kadar terendah.
Keduanya, troponin dan NT-proBNP, menunjukkan hubungan yang paling kuat dengan tumor kolorektal, dan NT-proBNP juga berkaitan dengan kanker paru, sejalan dengan studi rumah sakit lainnya. Namun, yang menarik, sinyal dari kedua biomarker ini tidak berkorelasi dengan kanker payudara atau prostat, menegaskan bahwa terdapat spesifikasi biologis berdasarkan organ.
Penelitian sebelumnya menciptakan fondasi, meski hasilnya bervariasi. Misalnya, studi PREVEND asal Belanda menghubungkan kedua biomarker dengan kanker di kemudian hari, sedangkan analisis gabungan dengan Framingham Heart Study menunjukkan hanya natriuretik yang diperhitungkan. Namun, desain multi-etnis MESA dan prosedur laboratorium yang ketat memberikan keandalan pada hasilnya, yang konsisten di antara sukarelawan dari berbagai latar belakang ras.
Dengan lebih dari dua dekade penelitian lebih lanjut, hubungan antara NT-proBNP dan kanker meskipun melemah, tetap ada. Hal ini menunjukkan adanya jendela waktu kompleks ketika tanda peringatan paling tajam. Fenomena ini menyoroti betapa pemilihan metode analisis, usia populasi, dan lamanya pengamatan dapat mempengaruhi hasil penelitian, mengingat pentingnya replikasi dalam ilmu biomarker.
NT-proBNP tampaknya dapat memprediksi adanya nodul paru karena peradangan kronis dan tekanan pada pembuluh yang membuat baik paru-paru maupun jantung mengirimkan sinyal stres ke dalam darah. Studi klinis lainnya juga menemukan bahwa kadar NT-proBNP berkaitan dengan tahap dan penyebaran tumor pada pasien baru didiagnosis kanker paru. Sedangkan troponin mempunyai peran yang berbeda dalam konteks kolorektal.
Meski hasilnya menjanjikan, semua orang tidak disarankan untuk menambahkan tes troponin dan NT-proBNP ke dalam pemeriksaan fisik tahunan mereka. Tes ini sudah digunakan untuk mengevaluasi nyeri dada dan gagal jantung, tetapi nilainya bervariasi tergantung usia dan fungsi ginjal. Tidak ada masyarakat kanker resmi yang mendorong penggunaan biomarker ini untuk skrining. Namun, penambahan marker ini ke catatan kesehatan elektronik dapat memperbaiki algoritma risiko yang menggabungkan riwayat personal, pencitraan, dan tes darah lainnya.
Penting juga untuk diperhatikan bahwa penggunaan catatan rumah sakit mungkin tidak mengungkapkan semua kasus kanker yang terdiagnosis hanya di klinik rawat jalan, mungkin melemahkan beberapa asosiasi. Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi termasuk penggunaan tembakau, kurang gerak, dan kelebihan berat badan. Studi ini juga membuka potensi penelitian lebih lanjut mengenai apakah perawatan terhadap ketegangan jantung yang tidak terdeteksi dapat menurunkan peluang kanker.
Akhirnya, kelompok Cai berencana membagikan data mereka dengan kelompok Eropa untuk mengetes pola ini di luar AS, serta berharap program-program darah yang dibuat dalam penelitian pandemi akan mempercepat replikasi temuan tersebut. Jadi, kapan kita mungkin bisa melihat angka-angka jantung ini tidak hanya sebagai indikator kesehatan jantung, tetapi juga sebagai alat untuk mendeteksi kanker?
Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar troponin T dan NT-proBNP dalam darah bukan hanya indikator risiko penyakit jantung, tetapi juga dapat memprediksi potensi kanker bertahun-tahun sebelumnya. Hasil ini membuka kemungkinan baru untuk pemantauan kesehatan yang dapat menyelamatkan nyawa, meskipun penggunaan biomarker ini sebagai alat skrining masih memerlukan penelitian lebih lanjut dan validasi.
Sumber Asli: www.earth.com