Penelitian baru menunjukkan IL-6 dan CRP memiliki kontribusi kecil dalam memprediksi infeksi pascaoperasi setelah operasi kanker paru. Sekitar 20% pasien mengalami infeksi yang dapat berujung pada sepsis; memantau yang berisiko tinggi adalah penting, namun penelitian menunjukkan bahwa biomarker ini tidak secara signifikan meningkatkan model prediktif.
Telah dilakukan studi yang mengeksplorasi potensi IL-6 sebagai biomarker untuk memprediksi risiko infeksi setelah operasi kanker paru-paru. Ini penting karena sekitar 20% pasien yang menjalani operasi ini mengalami infeksi pascaoperasi, yang berisiko berkembang menjadi sepsis. Infeksi ini tidak hanya memengaruhi hasil perawatan tetapi juga dapat meningkatkan angka kematian. Dengan deteksi awal, pasien yang lebih rentan bisa dipantau lebih ketat untuk tanda-tanda infeksi pascaoperasi.
Sebuah studi observasional dua pusat di Belanda dilakukan untuk menilai hiperinflamasi pascaoperasi berdasarkan konsentrasi maksimum IL-6. Selain IL-6, kemampuan prediktif CRP, jumlah sel darah putih (WBC), dan prokasitonin (PCT) juga dinilai. Peserta yang terlibat dalam penelitian ini adalah mereka yang menjalani operasi paru-paru elektif untuk kanker selama periode September 2018 hingga April 2022.
Dalam studi ini, 170 pasien terlibat dengan rentang usia median 67 tahun, dan 45% adalah perempuan. Hasil studi menunjukkan bahwa 22% pasien mengalami infeksi pascaoperasi, banyak di antaranya infeksi sistem pernapasan. Konsentrasi IL-6 dan CRP yang lebih tinggi ditemukan pada pasien yang mengalami infeksi pascaoperasi dibandingkan pasien non-infeksi.
Kendati ada hubungan antara IL-6 dan infeksi, nilai tambah IL-6 dan CRP dalam model prediksi tampaknya terbatas. Model yang digagas tidak menunjukkan kemampuan yang cukup baik dalam membedakan pasien terinfeksi dari yang tidak, meskipun secara statistik ada peningkatan. Penambahan IL-6 tidak memperbaiki klasifikasi risiko pasien, dan menambahkan CRP justru memperburuk klasifikasi untuk kelompok terinfeksi.
Beberapa batasan juga diidentifikasi dalam penelitian ini. Ukuran sampel kecil menimbulkan interval kepercayaan yang luas, sehingga ada kemungkinan nilai tambah moderat terlewati. Studi ini juga tidak cukup besar untuk menganalisis kinerja prediktif berdasarkan jenis operasi, antara terbuka dan minimal invasif. Waktu pengambilan sampel darah mungkin juga tidak sesuai dengan waktu puncak konsentrasi IL-6 untuk setiap pasien.
Kesimpulannya, meskipun konsentrasi pascaoperasi IL-6 dan CRP terkait dengan risiko infeksi, manfaat tambahan kedua biomarker ini dalam model prediksi klinis tampak terbatas. Penulis menekankan perlunya penelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar untuk mengkonfirmasi temuan ini dan menilai kegunaan klinis biomarker tersebut.
Studi menunjukkan bahwa meski IL-6 dan CRP terkait dengan infeksi setelah operasi kanker paru, nilai tambah mereka untuk memprediksi infeksi secara klinis adalah terbatas. Penelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih luas diperlukan untuk validasi.
Sumber Asli: www.news-medical.net