Peringatan Wanita Saat Masalah Seksual Biasa Ternyata Kanker Mematikan

Jasmin McKee, 26, dari Southampton, didiagnosis kanker serviks stadium tiga setelah menunda skrining. Ia menderita karena dampak virus HPV. NHS Inggris mengubah jadwal skrining serviks, kini setiap lima tahun bagi wanita berisiko rendah, untuk mengurangi angka kematian. Penyuluhan pentingnya deteksi dini sangat ditekankan.

Seorang wanita muda dari Southampton, Jasmin McKee (26), telah berbagi pengalamannya setelah didiagnosis menderita kanker serviks stadium lanjut pada usia 25 tahun. Ia mengalami sakit punggung bawah dan perdarahan saat berhubungan intim, tetapi mengira itu hanya efek dari alat kontrasepsi baru yang dipasang. Malangnya, keterlambatan dalam menjalani skrining serviks karena ketakutan yang dipicu oleh cerita buruk secara online membuatnya menyesal besar.

Awal tahun ini, setelah memberanikan diri untuk menjalani tes pada bulan Maret, hasilnya mengejutkan: ia terinfeksi virus human papillomavirus (HPV), yang menjadi penyebab utama hampir 99 persen kasus kanker serviks. Dokter menemukan adanya perubahan sel abnormal dan biopsi kemudian mengonfirmasi kanker. Skrining lanjut menunjukkan kanker tersebut berada pada tahap tiga, yang berarti telah menyebar ke jaringan di sekitarnya. Menurut Cancer Research UK, sekitar 60 persen orang terdiagnosis pada tahap ini akan bertahan hidup lebih dari lima tahun.

“Semua terasa mati rasa… ini sangat mengagetkan,” kata McKee. Ia juga menyampaikan penyesalannya yang mendalam karena menunda tes. “Skrining serviks bukanlah hal yang memalukan, infonya sangat cepat, dan tidak ada rasa sakit. Itu benar-benar bisa menyelamatkan hidup!”

McKee menjalani operasi untuk mencoba mengangkat tumor pada bulan November lalu. Sayangnya, dokter tidak dapat menghilangkannya sepenuhnya, sehingga kanker terus tumbuh. Sejak Januari tahun ini, ia mulai menjalani radioterapi, serta mengungkapkan diagnosisnya kepada keluarganya. Awalnya, ia mengira perdarahan setelah berhubungan intim disebabkan oleh alat kontrasepsi yang baru dipasang.

Ketika hasil pemindaian menunjukkan bahwa radioterapi tidak efektif, ia kemudian menjalani kemoterapi sejak April, dengan harapan akan selesai pada awal September 2025. “Begitu saya sembuh, saya akan memanfaatkan setiap kesempatan dan berusaha meraih kebahagiaan sebanyak mungkin dalam hidup,” ujarnya penuh harapan.

Di sela-sela kisahnya, NHS Inggris baru-baru ini mengumumkan bahwa wanita berisiko rendah berusia 25-49 tahun kini akan dijadwalkan untuk skrining serviks setiap lima tahun, dibandingkan sebelumnya setiap tiga tahun. Perubahan ini bertujuan untuk menyelaraskan jadwal skrining dengan Skotlandia dan Wales, didasarkan pada bukti ilmiah dari King’s College London.

Meskipun perubahan ini tampaknya menggugah kekhawatiran, NHS menegaskan bahwa pendekatan baru ini berdasarkan bukti yang kuat dan rekomendasi dari Komite Skrining Nasional Inggris. Gejala kanker serviks yang perlu diwaspadai meliputi perdarahan yang tidak biasa, nyeri saat berhubungan intim, serta nyeri di punggung bawah dan pinggul. Jika Anda khawatir tentang gejala-gejala tersebut, NHS menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter umum.

Dari cerita Jasmin McKee, kita diingatkan tentang pentingnya melakukan skrining serviks secara rutin. Kdelaykan karena ketakutan bisa berujung pada konsekuensi serius seperti yang dihadapinya. Dengan perubahan jadwal skrining dari NHS, harapannya para wanita lebih terdorong untuk menjalani tes yang esensial ini, guna mendeteksi risiko lebih awal dan menyelamatkan nyawa.

Sumber Asli: www.dailymail.co.uk

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *