Penelitian mengembangkan alat prediktif untuk membantu lansia mengukur kemandirian pasca-operasi kanker, menganalisis data ribuan pasien untuk meningkatkan keputusan dalam perawatan. Alat ini menghasilkan estimasi risiko individual untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik dan meminimalkan penyesalan pasca-operasi. Validasi lebih lanjut sedang dilakukan.
Sebuah penelitian baru mengembangkan alat prediktif untuk membantu lansia memahami kemungkinan mereka mempertahankan kemandirian di rumah setelah menjalani operasi kanker. Model yang dikenal sebagai STAYHOME ini berupaya menjembatani kesenjangan penting dalam pengambilan keputusan bedah untuk orang tua.
Penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Surgery ini mengkaji hasil untuk 97.353 orang dewasa berusia 70 tahun ke atas yang menjalani operasi kanker antara 2007 dan 2019 di Ontario, Kanada. Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar lansia berhasil mempertahankan kemampuan untuk tinggal di rumah pascaoperasi, tetapi sekitar 3% dari mereka membutuhkan masuk ke panti jompo dalam enam bulan, yang meningkat menjadi hampir 4% dalam satu tahun pasca-operasi.
Alat STAYHOME mengevaluasi 10 faktor pra-operasi untuk menghasilkan estimasi risiko yang dipersonalisasi. Faktor tersebut mencakup usia pasien, jenis kelamin, lokasi tinggal di pedesaan, rekam jejak kanker sebelumnya, tingkat kecacatan pra-operasi, penggunaan layanan perawatan rumah yang ada, intensitas operasi yang direncanakan, lokasi kanker, stadium kanker, serta apakah pasien menerima kemoterapi atau radiasi sebelum operasi. Model ini menunjukkan akurasi prediktif yang kuat, sukses mengidentifikasi tingkat risiko dalam sekitar tiga perempat dari kasus.
Menurut para penulis studi, orang dewasa yang lebih tua lebih memprioritaskan kemandirian fungsional jangka panjang dan kualitas hidup, ketimbang risiko operasi jangka pendek yang biasanya dibahas sebelum operasi. Dari penelitian sebelumnya, dikatakan bahwa 27% pasien dan 45% pasangan perawatan mengalami penyesalan dalam pengambilan keputusan setelah operasi kanker — mereka berharap bisa membuat pilihan yang berbeda. Banyak dari mereka mengaitkan penyesalan itu dengan kurangnya informasi mengenai hasil jangka panjang.
Peneliti menunjukkan bahwa STAYHOME memberikan estimasi risiko individu, yang mungkin mendukung konseling, pengambilan keputusan bersama, dan menetapkan harapan sebelum operasi. Mereka berharap alat ini dapat membantu prioritaskan lansia untuk intervensi dan dukungan tambahan, sembari memberikan rasa aman kepada pasien dengan risiko rendah tentang melanjutkan operasi.
Contoh spesifik tentang kegunaan alat tersebut juga disediakan. Sebuah contoh menunjukkan seorang wanita berusia 85 tahun dengan kanker pankreas stadium III dan tidak ada tanda-tanda kecacatan memiliki risiko 4% untuk memerlukan perawatan di panti jompo dalam enam bulan, dibandingkan dengan pria berusia 70 tahun yang lebih sehat dengan karakteristik penyakit serupa, yang hanya memiliki risiko 2%.
Saat ini, para peneliti sedang mengembangkan kalkulator berbasis web agar STAYHOME dapat diakses oleh penyedia layanan kesehatan dan pasien. Studi validasi eksternal sedang berlangsung di Manitoba, Kanada, dengan rencana pengujian internasional yang menunggu ketersediaan data.
Alat STAYHOME yang baru dikembangkan menunjukkan potensi besar dalam membantu lansia memahami risiko dan memilih opsi terbaik terkait perawatan pasca-operasi kanker. Dengan fokus pada individualisasi, peneliti berharap ini dapat meminimalkan penyesalan pengambilan keputusan dan mengarahkan lebih banyak dukungan pada pasien yang membutuhkannya. Pengembangan lebih lanjut dan pengujian internasional menanti di depan agar alat ini dapat diintegrasikan dalam praktik klinis secara luas.
Sumber Asli: www.mcknights.com