- Tim Cedars-Sinai menemukan onkosom besar dapat membantu diagnosis kanker.
- Penemuan menunjukkan potensi penggunaan multiomik untuk penelitian kanker.
- Imunoterapi lebih efektif untuk pasien dengan kanker hati lanjut dibandingkan lenvatinib.
- Penelitian mengindikasikan perlunya lebih banyak studi untuk validasi hasil.
- Obat penghambat DHODH mungkin meningkatkan respons imun pada terapi kanker.
Menemukan Molekul Umum pada Onkosom Besar
Kemajuan Terkini Dalam Pemantauan Kanker Melalui Tes Darah Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti di Cedars-Sinai mengungkapkan bahwa onkosom besar, yaitu kantong berisi cairan yang dilepaskan oleh sel kanker agresif ke dalam aliran darah, mengandung set molekul yang konsisten di berbagai jenis kanker. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Cell Reports Medicine. Peneliti menyoroti potensi onkosom besar dalam darah sebagai metode untuk diagnosis dan pemantauan keganasan kanker.
Kolaborasi Multidisipliner untuk Tes Darah
Sebelumnya, peneliti juga menunjukkan bahwa teknologi multiomik termasuk sequencing RNA sel tunggal dapat diterapkan pada onkosom besar. Menurut Dr. Dolores Di Vizio, profesor Urologi, diagnosis yang lebih akurat dapat dicapai dengan mengembangkan tes darah untuk memantau respons kanker prostat terhadap terapi. Hal ini dianggap sebagai langkah untuk mengurangi kebutuhan biopsi invasif dan memadukan pasien kanker dengan terapi paling efektif yang tersedia.
Imunoterapi Lebih Baik Dibandingkan Obat Umum
Imunoterapi Efektif dalam Mengobati Kanker Hati Lanjutan Selain itu, tim Cedars-Sinai juga menemukan bahwa imunoterapi menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pengobatan konvensional pada pasien kanker hati lanjutan. Di jurnal Hepatology, penelitian ini menganalisis data dari lebih dari 2,400 pasien dan menunjukkan bahwa mereka yang menjalani imunoterapi memiliki harapan hidup lebih lama dibandingkan mereka yang diobati dengan lenvatinib.
Berbagai Manfaat dan Kebutuhan Penelitian Lanjutan
Sementara lenvatinib berfungsi untuk mencegah perkembangbiakan sel kanker, imunoterapi mendapatkan pengakuan karena membantu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang dan membunuh sel kanker. Hasil awal penelitian menunjukkan bahwa setelah delapan bulan perawatan, pasien yang menerima imunoterapi menunjukkan angka kematian yang lebih rendah daripada mereka yang menerima lenvatinib. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi hasil ini secara menyeluruh.
Menggunakan Penghambat Enzim untuk Terapi Kanker
Penelitian Pra-Klinis: Mengoptimalkan Efektivitas Imunoterapi Dalam studi pra-klinis terbaru, ditemukan bahwa enzim dihidroorotat dehidrogenase, atau DHODH, memainkan peran penting dalam membantu sel kanker untuk menghindari serangan sistem kekebalan tubuh. Penemuan ini, yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, menyarankan bahwa penghambat enzim ini dapat meningkatkan efektivitas beberapa terapi imunomodulator. Hal ini diuji pada sel kanker di laboratorium dan menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Pengembangan Terapi Kombinasi untuk Kanker
Dalam penelitian laboratorium pada tikus, mematikan enzim DHODH terbukti meningkatkan efektivitas terapi yang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh. Peneliti berencana untuk menyelidiki lebih lanjut kombinasi obat-obatan yang menghambat DHODH dengan imunomodulator dalam pengobatan kanker.
Cedars-Sinai terus memimpin penelitian kanker, mengungkap metode baru untuk diagnosis melalui onkosom besar dan efektivitas imunoterapi pada kanker hati. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pemantauan melalui tes darah dapat mengurangi invasi pada metode diagnosis dan pengobatan kanker prostat. Lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengeksplorasi kombinasi terapi baru yang berpotensi meningkatkan hasil pasien.