- Kanker gastrointestinal menyumbang 26% dari semua kanker baru.
- Negara berpenghasilan rendah melihat kenaikan kematian kanker yang signifikan.
- 90% kasus kanker esofagus dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup.
Kenaikan Kasus Kanker Gastrointestinal di Negara Berpenghasilan Rendah
Menyoroti Kanker Gastrointestinal di Negara Berkembang Kanker gastrointestinal kini bukan hanya isu regional, melainkan telah menjadi masalah global. Menakjubkan, GI cancers kini menyumbang lebih dari seperempat dari semua kasus kanker baru dan hampir sepertiga dari kematian akibat kanker di dunia. Dengan data seperti ini, sulit untuk tidak merasa khawatir. Memprihatinkan, diproyeksikan kematian akibat kanker GI akan hampir dua kali lipat pada tahun 2050, indikator bahwa kita sedang menghadapi krisis kesehatan serius di banyak negara, terutama dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi. Kenaikan persentase ini cukup mencolok: kanker kolorektal di angka +103.5%, kanker pankreas +100.4%, kanker esofagus +85.6%, dan kanker hati +80.5%.
Tantangan dan Peluang Melawan Kanker di LMICs
Penyebab yang Mendorong Kematian Kanker GI Sementara di negara-negara berpenghasilan tinggi, angka kelangsungan hidup 5 tahun jauh lebih baik—berkat berbagai faktor seperti deteksi dini dan program skrining yang terorganisir. Di sisi lain, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMIC) semakin sulit. Memang, tertundanya diagnosis, program skrining yang terbatas, dan infrastruktur pengobatan yang tidak memadai menjadi tantangan besar bagi pasien. Mengkhawatirkan, 90% dari kanker esofagus, 75% kanker lambung, dan bahkan 55% kanker kolorektal terbilang dapat dicegah hanya dengan perubahan gaya hidup, seperti pengurangan konsumsi alkohol dan tembakau, serta pengelolaan obesitas.
Strategi Menuju Kesehatan Kanker yang Merata
Pentingnya Investasi Global dalam Pencegahan Kanker Kesenjangan dalam akses kesehatan jelas terlihat dan semakin melebar. Negara-negara berpenghasilan rendah menghadapi lonjakan kematian akibat kanker, tetapi sayangnya tidak didukung oleh infrastruktur yang cukup untuk mendeteksi secara dini atau memberikan perawatan yang sesuai. Solusi mendesaknya adalah investasi global dalam program skrining dan kebijakan kesehatan preventif. Jika tujuan kita adalah mengubah arah dalam pengendalian kanker, kita harus memprioritaskan kesetaraan akses, tak hanya dalam hal perawatan, tetapi juga dalam pencegahan. Inilah saatnya kita berseru untuk mengatasi ketidakadilan yang ada dalam beban kanker di seluruh dunia.
Penting untuk menyadari bahwa kanker gastrointestinal bukan hanya masalah lokal, melainkan isu yang mendunia, dan kebutuhan mendesak akan pendekatan holistik sangat penting. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang paling terpengaruh, harus mendapatkan perhatian dan investasi global. Tanpa langkah-langkah ini, masa depan penanganan kanker akan semakin suram.