- Artikel JAMA mengklaim CT scan menyebabkan satu juta kanker tambahan.
- Penulis artikel mengakui kurangnya bukti empiris terkait CT scan dan kanker.
- Ketidakpastian kanker akibat CT meningkat dari 2% ke 5% dalam waktu singkat.
- Data menunjukkan penurunan pada insiden kanker paru-paru dan kolorektal.
- Potensi konflik kepentingan terlihat dalam aktivitas komersial Alara.
Kritik terhadap Pernyataan Kesehatan dalam JAMA terkait CT Scan
Kanker Akibat Radiasi Dosis Rendah: Apakah CT Scan Menyebabkan 103.000 Kanker Ekstra Setiap Tahun? Artikel ini mempertanyakan asumsi yang mendasari laporan dari para dokter mengenai CT Scan. Diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association (JAMA), artikel ini mengklaim bahwa CT scan dapat menyebabkan tambahan satu juta kasus kanker dalam dekade mendatang. Namun, para penulisnya mengakui kurangnya data empiris terkait radiasi dari CT scan yang dilakukan untuk skrining dan diagnosis, yang paling mengkhawatirkan adalah kalau data tersebut bahkan tidak akan tersedia dalam waktu dekat.
Kenaikan Persentase Kanker yang Mempertanyakan Logika
Meskipun pendekatan berbasis bukti (EBM) seharusnya membedakan antara yang benar dan klaim tanpa dukungan, artikel ini basah dengan model berdasarkan teori linear non-threshold yang kontroversial. Sebuah penilaian terbaru dari Dr. Smith-Bindman menunjukkan bahwa kemungkinan kanker akibat CT scan meningkat tajam dari 2% pada tahun 2009 menjadi 5% pada tahun 2025. Hal ini menjadi lebih tidak masuk akal karena ada upaya yang nyata untuk mengurangi paparan radiasi CT di seluruh AS. Menyoroti hubungan dosis-respons dalam toksikologi, dosis radiasi rendah sering kali diabaikan padahal bisa berdampak signifikan di level tertentu.
Konflik Kepentingan Berisiko Menimbulkan Ketakutan
Ada satu lagi masalah yang muncul dari artikel ini: potensi konflik kepentingan. Dalam pernyataan konflik kepentingan, Dr. Smith-Bindman hanyalah mengklaim bahwa pekerjaan ini tidak terkait dengan kegiatan komersial Alara. Namun, Alara Imaging, yang didirikan oleh Dr. Smith-Bindman dan suaminya, memberikan layanan ‘gratis’ namun memerlukan biaya tambahan untuk fitur yang lebih canggih. Data dari artikel ini bisa mendongkrak penjualan jasa Alara, menciptakan konflik kepentingan yang jelas. Dalam konteks ini, berita yang buruk dapat menakut-nakuti pasien dari prosedur diagnostik yang bisa menyelamatkan jiwa mereka.
Percepatan Ketidakpastian Menciptakan Dampak Negatif
Seiring dengan munculnya khawatir yang tidak berdasar terkait radiasi CT scan, kita tentu tidak bisa mengabaikan data yang menyatakan penurunan angka kanker dalam dua dekade terakhir. Kasus kanker paru-paru dan usus besar sudah jauh berkurang. Apakah kita akan mengandalkan khayalan bahwa radiasi CT akan menyebabkan lonjakan kanker tanpa bukti nyata? Mengedepankan fakta dan data yang valid adalah langkah utama untuk menghindari skenario yang mengecewakan akibat ketakutan yang tidak perlu. Memilih untuk menghentikan diagnosa dini dengan informasi menyesatkan berpotensi bisa merugikan pasien.
Pentingnya Memprioritaskan Bukti Nyata dan Kesehatan Pasien
Singkatnya, kita tidak bisa membiarkan ketakutan yang tidak berdasar, kepentingan akademik, atau motif keuntungan menutupi yang terpenting: hasil pasien yang berbasis pada akal sehat dan data aktual. Menurut Mark Twain, akal sehat itu tidak banyak. Jika alur prediktif keluar dari realitas empiris, ilmu pengetahuan bisa saja tergantikan oleh sensasionalisme yang berbahaya. Sebaiknya, biarkan bukti yang berbicara dan optimalkan pendekatan berbasis bukti untuk diagnostik dan pengobatan. Mari kita perhatikan apa yang benar-benar penting: kesehatan pasien dan hasil positif.
Dalam diskusi artikel ini, terlihat jelas bahwa klaim mengenai radiasi rendah dari CT scan tidak didukung oleh data yang dapat dipercaya. Penekanan berbasis bukti yang hilang dalam laporan ini membuka pintu bagi misinformasi yang dapat membahayakan upaya diagnosis yang bisa menyelamatkan hidup. Dengan menjaga integritas informasi medis, kita perlu memperjuangkan larangan terhadap sensasionalisme yang bisa merugikan pasien.