- Studi menemukan bahwa alergi mungkin melindungi dari risiko kanker paru-paru.
- Lung cancer cases continue to rise globally, increasing by 26% from 2010 to 2019.
- Rhinitis alergi dikaitkan dengan peluang lebih rendah 26% untuk kanker paru-paru.
- Pria menunjukkan pengurangan risiko yang lebih besar dibandingkan wanita.
- Keterbatasan dalam penelitian mencakup ukuran sampel kecil dan potensi bias.
Hubungan Alergi dan Kanker Paru-Paru Setiap Tahun Semakin Menonjol
Hubungan antara penyakit alergi dan risiko kanker paru-paru telah menjadi topik penelitian yang semakin menarik perhatian. Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal \”Frontiers in Medicine\” ini menggali lebih dalam keterkaitan yang mengejutkan antara alergi umum dan penurunan risiko kanker paru-paru. Temuan ini, yang sangat relevan terutama bagi pria dan mereka yang menderita rhinitis alergi, menyoroti kemungkinan bahwa alergi dapat berfungsi sebagai faktor perlindungan. Menurut penelitian, kanker paru-paru menjadi salah satu kanker paling umum di dunia, dan diagnose penyakit ini terus meningkat 26% antara tahun 2010 hingga 2019.
Studi Meta-Analisis Tunjukkan Asosiasi Negatif Alergi
Dalam tulisan ini, peneliti melakukan analisis mendalam terhadap penyakit alergi seperti rhinitis alergi dan eksim, serta pengaruhnya terhadap risiko kanker paru-paru. Menggunakan metode-meta analisis yang mencakup 226 studi, peneliti berhasil menyaring sepuluh studi yang memenuhi syarat untuk penelitian ini, mengumpulkan data dari lebih dari 3.8 juta partisipan. Hasil dari meta-analisis menunjukkan bahwa penyakit alergi memiliki asosiasi negatif dengan risiko kanker paru-paru, khusus pada pria. Ini cukup mencengangkan mengingat beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa asma, sebagai salah satu penyakit alergi, justru terkait dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.
Analisis Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lokasi Menunjukkan Korelasi Berbeda
Penelitian ini menunjukkan bahwa rhinitis alergi terkait dengan 26% lebih rendahnya risiko kanker paru-paru (OR 0.74). Sementara untuk eksim, asosiasi statistik yang signifikan tidak diperoleh. Di sisi lain, ketika analisis dilakukan berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa penyakit alergi lebih berpengaruh pada pria dibandingkan wanita. Hasilnya juga menunjukkan bahwa data dari studi-studi yang berlokasi di benua Amerika mengindikasikan adanya korelasi negatif antara rhinitis alergi dan kanker paru-paru, sementara untuk eksim tidak ditemukan asosiasi yang berarti. Hal ini memberi gambaran bahwa alergi mungkin memiliki efek protektif yang signifikan.
Singkatnya, meta-analisis menunjukkan bahwa individu dengan alergi memiliki peluang satu perempat lebih rendah untuk mengembangkan kanker paru-paru dibandingkan mereka yang tidak memiliki alergi. Ada asosiasi nyata yang negatif antara rhinitis alergi dan risiko kanker paru-paru, khususnya di kalangan pria dan populasi dari benua Amerika. meski tidak ditemukan asosiasi antara eksim dan risiko kanker paru-paru secara keseluruhan, ada hubungan negatif terlihat pada pria. Namun, penelitian ini juga memiliki keterbatasan, seperti ukuran sampel kecil dan potensi bias klasifikasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme patofisiologis di balik asosiasi ini.