Kanker kolorektal meningkat terutama di kalangan anak muda. Studi menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat bisa meningkatkan risiko polip dan kanker kolorektal ketika dikombinasikan dengan bakteri E. coli. Penambahan serat diketahui mengurangi pembentukan tumor dan mengontrol peradangan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam dampak diet ini.
Kasus kanker kolorektal meningkat di kalangan anak, remaja, dan dewasa muda. Penelitian baru-baru ini menyelidiki pengaruh diet dan bakteri pada perkembangan kanker kolorektal. Penelitian ini mencakup tiga jenis diet dan tiga jenis bakteri untuk menganalisis dampak terhadap mikrobioma usus. Hasil menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat dan rendah serat dapat meningkatkan risiko polip di kolon, yang berhubungan dengan kanker kolorektal.
Diet rendah karbohidrat, seperti diet keto, semakin populer tetapi dapat memiliki efek kesehatan negatif. Penelitian Universitas Toronto menggunakan tikus dengan diet berbeda untuk menyelidiki pengaruhnya terhadap bakteri terkait kanker kolorektal. Hasil penelitian menemukan bahwa diet rendah karbohidrat etalodi E. coli meningkatkan perkembangan polip, yang bisa menjadi precursorn kanker kolorektal.
Data terbaru menunjukkan peningkatan 71% pada kasus kanker kolorektal di kalangan orang dewasa berusia 30 hingga 34 tahun. Penelitian juga menunjukkan cara untuk mengurangi risiko kanker ini, seperti berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol, makan sayur dan buah, serta mengurangi makanan olahan.
Peneliti berfokus pada tiga bakteri: Bacteroides fragilis, Helicobacter hepaticus, dan E. coli, yang digunakan untuk mengkolonisasi tikus. Penemuan menunjukkan bahwa E. coli berpengaruh negatif dalam kombinasi dengan diet rendah karbohidrat, berpotensi meningkatkan kanker kolorektal.
Kombinasi diet rendah karbohidrat dan E. coli menyebabkan pengurangan lapisan mukus di kolon yang melindungi dari mikroba. Mice dalam kelompok ini mengalami lebih banyak polip dan tanda kerusakan DNA. Menariknya, menambahkan serat pada diet mereka dapat mengurangi pembentukan tumor dan membantu mengendalikan peradangan.
Penelitian lanjutan ingin mengeksplorasi jenis serat tertentu yang lebih melindungi dan efeknya pada manusia. Dr. Marianne Cusick menyebutkan bahwa temuan ini menunjukkan hubungan signifikan antara diet rendah karbohidrat dan perkembangan kanker kolorektal di tikus. Dia menyarankan serat larut, seperti inulin dan pektin, yang bermanfaat untuk kesehatan usus.
Dr. Nilesh Vora juga menekankan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara mikrobioma usus dan kanker kolorektal. Penyelidikan ini berpotensi menghasilkan pengetahuan baru di bidang ini.
Penelitian menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal, terutama ketika dikombinasikan dengan bakteri E. coli. Penemuan ini menyoroti pentingnya mempertahankan kesehatan mikrobioma usus melalui pola makan seimbang yang kaya serat. Dengan meningkatnya kasus kanker kolorektal di kalangan usia muda, penelitian lebih lanjut tentang efek diet ini perlu dilakukan.
Sumber Asli: www.medicalnewstoday.com