Tingkat Keparahan Gejala COVID-19 Pada Penyintas Kanker

Penelitian baru menunjukkan penyintas kanker dewasa di AS mengalami gejala COVID-19 lebih parah. Tingkat vaksinasi di kalangan mereka juga lebih tinggi daripada populasi umum. Namun, masih ada penyintas yang belum divaksinasi, menggarisbawahi perlunya pemantauan dan perhatian lebih terhadap kelompok ini.

Studi terbaru mengungkapkan bahwa penyintas kanker dewasa di Amerika Serikat melaporkan gejala COVID-19 yang lebih parah dibandingkan populasi umum. Data ini diperoleh dari hampir 9000 individu yang dipresentasikan pada Konferensi CROI 2025. Peneliti menyoroti pentingnya memahami dampak COVID-19 pada kesehatan penyintas kanker, yang cenderung lebih rentan terhadap gejala serius.

Freeman dan timnya melakukan analisis sekunder dari National Health Interview Survey 2022, melibatkan 8936 orang dewasa, 7.6% di antaranya adalah penyintas kanker. Komposisi rasial dari peserta meliputi dua pertiga orang putih, 19.2% Hispanik, dan 9.6% kulit hitam. Hasil menunjukkan bahwa 17.9% penyintas kanker mengalami gejala parah, dibandingkan 14.3% pada populasi umum.

Survei juga mencatat tingkat vaksinasi COVID-19 yang lebih tinggi di kalangan penyintas kanker, yaitu 88.6% dibandingkan dengan 78.6% di populasi umum. Long COVID didefinisikan sebagai gejala yang berlangsung lebih dari 3 bulan, di mana 19.7% peserta memenuhi kriteria tersebut. Penyintas kanker menunjukkan prevalensi long COVID yang lebih tinggi, yaitu 23.6% dibandingkan dengan 19.4%.

Freeman mencatat bahwa hasil menunjukkan penyintas kanker memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gejala parah, tetapi narasi mengenai long COVID berbeda dari yang diharapkan. Ia menyatakan, “Vaksinasi COVID-19 yang lebih tinggi pada penyintas kanker mungkin menjelaskan risiko yang lebih sama dengan populasi umum.”

Freeman menekankan pentingnya penanganan gejala COVID-19 pada penyintas kanker dan menyatakan, “Meskipun tingkat vaksinasi tinggi, masih ada 1 dari 9 penyintas yang belum mendapatkan setidaknya satu dosis vaksin.”

Studi ini terbatas karena tidak mengumpulkan informasi mengenai jenis vaksin yang diterima peserta. Selain itu, peneliti tidak dapat menganalisis gejala spesifik yang dialami sebelum infeksi COVID-19. Freemman mengajak perlunya studi lebih lanjut untuk mengatasi keterbatasan ini.

Mazumder menambahkan, “Data yang lebih banyak akan membantu kita memahami dampak COVID-19 pada kelompok yang berbeda,” dan penyintas kanker perlu pemantauan yang lebih dekat saat terdiagnosis COVID-19 untuk perawatan yang lebih baik.

Studi menunjukkan bahwa penyintas kanker mengalami gejala COVID-19 lebih parah dan memiliki tingkat vaksinasi yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Meski demikian, sebagian penyintas belum divaksinasi. Pemicunya termasuk usia dan kondisi kesehatan kronis yang mungkin menyertai mereka. Hasil ini mendukung kebutuhan untuk lebih memahami dampak COVID-19 pada penyintas kanker dan perlunya merancang strategi perawatan yang lebih baik.

Sumber Asli: www.medscape.com

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *