Perbandingan CT Dosis Rendah dan Rontgen Dada dalam Deteksi Kanker Paru

Studi ini membandingkan efektivitas CT dosis rendah dan rontgen dada untuk deteksi kanker paru-paru pada pasien HNSCC. CT dosis rendah lebih sensitif namun tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam survival pasien dibandingkan rontgen dada.

Studi menunjukkan bahwa untuk pasien dengan kanker sel skuamosa kepala dan leher (HNSCC), CT dosis rendah lebih sensitif dibandingkan dengan rontgen dada dalam mendeteksi metastasis paru-paru dan kanker paru-paru primer kedua. Meski demikian, hasil survival pasien serupa terlepas dari jenis pemeriksaan yang digunakan.

Penelitian yang dilakukan melibatkan 137 pasien HNSCC yang belum menerima perawatan sebelumnya. Rata-rata usia peserta adalah 65,1 tahun dengan 24,8% di antaranya perempuan. Peserta dibagi acak ke dalam dua kelompok, yakni rontgen dada (68 pasien) dan CT dosis rendah (69 pasien), dengan pemantauan dilakukan setiap 6-12 bulan setelah perawatan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya metastasis paru-paru atau kanker paru kedua pada 7,4% pasien rontgen dada dan 55,1% pada pasien CT dosis rendah. Rontgen dada memiliki sensitivitas 66,7% dan spesifisitas 100%, sedangkan CT dosis rendah menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas 100%, dengan akurasi keseluruhan juga 100%.

Namun, baik rontgen dada maupun CT dosis rendah menunjukkan perbedaan tidak signifikan dalam hasil survival 5 tahun — dengan angka survival 89,2% untuk rontgen dada dan 92,3% untuk CT dosis rendah.

Penulis menyoroti bahwa meskipun CT dosis rendah lebih sensitif dalam mendiagnosis metastasis paru, tidak ada perbedaan berarti dalam tingkat survival antara kedua kelompok. Studi ini dilaksanakan oleh Naif Fnais dan diterbitkan di JAMA Otolaryngology–Head & Neck Surgery.

Dalam pasien HNSCC, CT dosis rendah lebih unggul dalam mendeteksi metastasis paru-paru dibandingkan dengan rontgen dada. Namun, tidak ada perbedaan signifikan dalam hasil survival 5 tahun antara kedua metode. Keterbatasan studi termasuk ukuran sampel kecil dan rendahnya angka temuan positif. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas.

Sumber Asli: www.medscape.com

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *