Studi menunjukkan bahwa realitas virtual dapat mengurangi rasa sakit kanker secara signifikan dan memberikan cara baru untuk mengukur rasa sakit secara objektif. Metode ini melibatkan analisis aktivitas otak pasien dengan menggunakan teknologi fNIRS. Hasil menunjukkan lebih dari 75% pasien mengalami pengurangan rasa sakit yang signifikan. Terapi VR memberikan potensi baru dalam manajemen rasa sakit.
Sebuah studi menunjukkan bahwa realitas virtual (VR) dapat mengurangi rasa sakit yang terkait dengan kanker secara signifikan dan memberikan cara baru untuk mengukur rasa sakit secara objektif dengan menganalisis pola aktivitas otak. Tim peneliti di Roswell Park Comprehensive Cancer Center menerbitkan hasil studi ini dalam Scientific Reports, menggunakan fungsional near-infrared spectroscopy (fNIRS) untuk mengklasifikasikan rasa sakit dalam tiga tingkat: ringan, sedang, dan berat.
Penelitian melibatkan tiga kelompok peserta: orang sehat tanpa paparan VR, pasien kanker yang menggunakan VR, dan pasien kanker tanpa intervensi VR. Semua peserta mengenakan alat pemantau fNIRS nirkabel. Kelompok VR mengalami program relaksasi “Oceania” selama sembilan menit, dan tingkat rasa sakit mereka diukur sebelum dan sesudah sesi.
Hasil studi menunjukkan bahwa lebih dari 75% pasien melaporkan pengurangan rasa sakit melebihi 30%, yang dianggap signifikan secara klinis. Model klasifikasi rasa sakit tim ini mencapai akurasi 74% dalam memprediksi intensitas rasa sakit berdasarkan aktivitas otak. Juga, ada perubahan signifikan dalam konektivitas otak, terutama di korteks prefrontal yang menangani fungsi kognitif dan regulasi emosional.
Saat ini, penilaian rasa sakit sebagian besar berbasis pada metode subjektif seperti FACES Pain Scale-Revised (FPS-R), yang dapat tidak akurat saat pasien mengalami gangguan kognitif. Metode pengukuran objektif yang baru ini dapat menjadi langkah maju yang signifikan dalam penilaian rasa sakit.
Efektivitas VR dalam manajemen rasa sakit terutama berasal dari kemampuannya mengalihkan perhatian pasien. Lingkungan imersif yang diciptakan oleh VR membantu mengalihkan sumber daya kognitif dari persepsi rasa sakit. Respons emosional positif dari pengalaman VR yang menarik juga berkontribusi pada pengurangan rasa sakit.
Penelitian ini semakin memperkuat bukti tentang peran VR dalam manajemen rasa sakit. Di AS, spesialis rasa sakit seperti Brennan Spiegel mulai menerapkan terapi VR untuk pasien dengan nyeri kronis. FDA juga telah menyetujui aplikasi VR dari perusahaan seperti AppliedVR untuk mengobati berbagai kondisi termasuk fibromyalgia dan nyeri punggung kronis.
Aplikasi terapeutik VR terus berkembang. Pada tahun 2024, Brink Traveler bekerja sama dengan Novobeing untuk menyediakan lingkungan imersif yang dirancang khusus untuk terapi VR dengan fokus pada kecemasan, stres, dan pengurangan rasa sakit.
Studi menunjukkan realitas virtual efektif dalam mengurangi rasa sakit kanker dan menawarkan metode baru untuk pengukuran objektif melalui analisis aktivitas otak. VR menyalurkan perhatian pasien dan menciptakan pengalaman emosional positif yang berkontribusi pada pengurangan rasa sakit. Penggunaan VR dalam terapi semakin berkembang, memberikan harapan baru dalam manajemen nyeri bagi pasien.
Sumber Asli: mixed-news.com