Uji klasifikasi genetik pada pasien kanker prostat baru menunjukkan dampak yang bervariasi terhadap klasifikasi risiko dan pilihan pengobatan. Hasil tinjauan sistematis menunjukkan bahwa efek uji berbeda antara studi observasional dan acak. Ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut, terutama terkait kelompok etnis tertentu dan penerapan uji di klinis.
Uji klasifikasi genetik (GC) tidak secara konsisten memengaruhi klasifikasi risiko atau keputusan pengobatan bagi pasien dengan kanker prostat yang baru didiagnosis. Hasil tinjauan sistematis menunjukkan bahwa pasien berisiko sangat rendah atau rendah lebih mungkin untuk tetap dalam kategori risiko yang sama atau lebih rendah setelah GC, berdasarkan studi observasional. Uji acak ENACT menunjukkan bahwa 34,5% pasien berisiko sangat rendah dan 29,4% yang berisiko rendah mengalami re-klasifikasi risiko yang lebih tinggi setelah pengujian GPS.
Sebanyak 14 studi menilai dampak uji GC pada intensitas pengobatan, yang diindikasikan melalui peningkatan rekomendasi untuk pengawasan aktif (AS) setelah diagnosis. Studi observasional menunjukkan perubahan relatif ke AS berkisar antara 7,5% hingga 61,8%. Dua analisis dari ENACT menunjukkan kenaikan moderat dalam preferensi pasien untuk pengobatan aktif setelah menerima pengujian GPS. Selain itu, preferensi urologis untuk perawatan aktif meningkat signifikan.
Meskipun GC dapat memengaruhi re-klasifikasi risiko dan pilihan pengobatan, perbedaan antara studi observasional dan acak serta berbagai karakteristik pasien membuat pemahaman tentang perannya dalam perawatan pasien menjadi rumit. Penulis artikel menyoroti keterbatasan dalam penelitian yang menilai manfaat uji GC di antara berbagai kelompok etnis, terutama untuk pria kulit hitam. Mereka mencatat bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan sejauh mana integrasi uji ini dapat meningkatkan evaluasi klinis.
Menurut editorial dari Mayo Clinic, bukti untuk GC sebagai biomarker prediktif masih terbatas, mayoritas berasal dari studi observasional yang bisa dipengaruhi bias. Ditekankan perlunya uji klinis yang lebih baik dan terintegrasi dengan pendekatan berbasis kecerdasan buatan untuk mengatasi keterbatasan saat ini dan mengikuti perkembangan onkologi presisi. Sebanyak 19 studi dimasukkan dalam tinjauan sistematis ini.
Uji klasifikasi genetik (GC) digunakan untuk menilai risiko dan memandu keputusan pengobatan pada kanker prostat. Studi ini mengkaji seberapa efektif uji ini dalam mengklasifikasi risiko dan meningkatkan pengobatan. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan peningkatan dalam pengawasan aktif setelah pengujian, hasil yang bervariasi menunjukkan perlunya pemahaman lebih lanjut tentang penerapan dan manfaatnya di berbagai populasi pasien.
Uji klasifikasi genetik menunjukkan dampak yang beragam dalam memengaruhi klasifikasi risiko dan keputusan terapi pada pasien kanker prostat. Sementara ada beberapa indikasi peningkatan pengawasan aktif setelah pengujian, hasil yang tidak konsisten menyiratkan bahwa lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami siapa yang paling diuntungkan dari uji ini. Pendeksian lebih lanjut diperlukan, terutama pada kelompok etnis tertentu.
Sumber Asli: www.medpagetoday.com