Setelah pembaruan pedoman USPSTF 2021, skrining kanker paru-paru meningkat dari 15,4% menjadi 47,1%. Penelitian menunjukkan adanya peningkatan odds penyaringan setelah perubahan pedoman, meskipun tantangan tetap ada pada populasi pedesaan dan kurang terlayani.
Setelah pembaruan pedoman USPSTF pada tahun 2021, terjadi peningkatan signifikan dalam aktivitas skrining kanker paru-paru. Pedoman baru ini memperluas kriteria kelayakan untuk meliputi individu berusia 50 hingga 80 tahun dengan riwayat merokok minimal 20 bungkus tahun. Penelitian oleh LaShae D. Rolle dan rekan menyebutkan bahwa data dari tahun 2019 hingga 2023 menunjukkan 15,4% peserta disaring sebelum perubahan pedoman, naik menjadi 47,1% setelahnya.
Hasil penelitian menunjukkan kemungkinan penyaringan meningkat secara signifikan setelah penyesuaian pedoman, dengan rasio peluang teradjust 4,66. Ada keterkaitan dengan kurangnya cakupan asuransi kesehatan, tinggal di daerah pedesaan, dan tidak memiliki dokter, yang berdampak negatif pada tingkat penyaringan. Keterkaitan ini menghasilkan rasio peluang teradjust masing-masing 0,28, 0,73, dan 0,71. Sementara itu, tidak ada perbedaan signifikan terkait jenis kelamin, ras, pendapatan, atau tingkat pendidikan sebelum dan sesudah pembaruan tersebut.
Namun, partisipasi penyaringan yang lebih rendah terlihat di daerah pedesaan setelah pembaruan pedoman, dengan interaksi β sebesar -0,48. Temuan ini menunjukkan perlunya intervensi yang ditargetkan untuk mengatasi kendala struktural di populasi pedesaan dan underserved, karena ini menjadi perhatian bagi para peneliti.
Pembaruan pedoman USPSTF pada tahun 2021 meningkatkan partisipasi skrining kanker paru-paru secara signifikan. Namun, terdapat tantangan, terutama di populasi pedesaan yang kurang terlayani, yang memerlukan langkah-langkah khusus untuk meningkatkan cakupan penyaringan. Pentingnya penanganan isu-isu struktural ini menjadi fokus penting bagi peneliti dan pemangku kepentingan.
Sumber Asli: www.healthday.com
