Persetujuan EC untuk Terapi Kombinasi GSK pada Kanker Endometrium

GSK mendapatkan persetujuan dari Komisi Eropa untuk Jemperli (dostarlimab) yang dikombinasikan dengan kemoterapi carboplatin dan paclitaxel sebagai pengobatan pertama untuk kanker endometrium stadium lanjut. Persetujuan ini didasarkan pada hasil positif dari percobaan RUBY fase III, yang menunjukkan penurunan risiko kematian dan peningkatan kelangsungan hidup pasien.

Komisi Eropa (EC) telah menyetujui terapi kombinasi GSK, Jemperli (dostarlimab), yang dipadukan dengan kemoterapi menggunakan carboplatin dan paclitaxel untuk pengobatan lini pertama kanker endometrium stadium lanjut atau kambuh pada orang dewasa. Persetujuan ini memperluas penggunaan kombinasi ini di Uni Eropa untuk individu dengan tumor yang memenuhi syarat perbaikan ketidakcocokan (MMRp)/stabil mikrosatelit (MSS), yang mencakup 75% pasien kanker endometrium dengan pilihan pengobatan terbatas.

Kanker endometrium berasal dari endometrium, yaitu lapisan dalam rahim. Kombinasi Jemperli dengan kemoterapi menunjukkan manfaat signifikan dalam meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Hasil dari bagian pertama percobaan RUBY fase III menunjukkan penurunan 31% risiko kematian dibandingkan dengan kemoterapi saja, memberikan harapan baru bagi pasien dengan tumor MMRp/MSS yang sulit diobati.

Persetujuan kombinasi GSK ini membuka jalan bagi pengobatan baru bagi pasien kanker endometrium di Eropa. Dengan memperlihatkan manfaat kelangsungan hidup yang signifikan, terapi ini menunjukkan kemajuan dalam pengobatan kanker yang berisiko tinggi. GSK menggarisbawahi pentingnya inovasi dalam onkologi untuk meningkatkan hasil perawatan bagi pasien.

Sumber Asli: www.pharmaceutical-technology.com

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *