Penelitian baru menunjukkan bahwa penggunaan skore risiko poligenik secara signifikan meningkatkan deteksi kanker prostat yang klinis penting dibandingkan dengan metode tradisional seperti PSA dan MRI, memungkinkan intervensi yang lebih personal dan efektif.
Sebuah penelitian terbaru dalam The New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa penggunaan skore risiko poligenik dapat meningkatkan deteksi kanker prostat yang signifikan secara klinis dibandingkan dengan metode skrining standar seperti PSA. Dengan menargetkan pria dengan risiko genetik tertinggi, studi ini mampu mendeteksi kanker prostat ganas yang sering terlewat oleh metode tradisional.
Prostat kanker, penyebab kematian kedua terbesar pada pria, dapat dideteksi lebih awal dengan tes genetik sederhana. Tes PSA yang ada sering menghasilkan positif palsu, dan deteksi terlambat dapat mengakibatkan penurunan angka harapan hidup. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dalam profil genetik untuk skrining yang lebih personal menjadi sangat penting.
Studi dilakukan dengan melibatkan pria berusia 55-69 tahun dari kalangan Eropa tanpa riwayat kanker prostat yang diundang untuk memberikan sampel saliva. Dari lebih dari 40.000 undangan, sekitar 8.953 orang menunjukkan minat, dan 6.393 di antaranya menjalani penilaian risiko genetik. Dari kelompok ini, 745 pria terpilih untuk skrining lanjutan, menghasilkan diagnosis kanker prostat pada 187 peserta.
Hasil menunjukkan bahwa 71,8% kanker signifikan secara klinis tidak terdeteksi melalui jalur diagnosis standar di Inggris, menekankan nilai dari penargetan berdasarkan risiko genetik. Banyak kasus dengan PSA di bawah ambang batas tradisional juga teridentifikasi. Penggabungan faktor risiko genetik, PSA, dan MRI terbukti memberikan prediksi paling akurat tentang kanker prostat yang signifikan.
Lebih dari 20% kasus yang terdeteksi dari skrining menggunakan risiko genetik adalah overdiagnosis, tetapi pendekatan ini masih menunjukkan bahwa surveilans aktif dapat meminimalkan pengobatan yang tidak perlu. Selain itu, hanya sedikit efek samping yang dilaporkan selama penelitian, termasuk infeksi.
Kesimpulannya, pendekatan berbasis risiko genetik ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam deteksi kanker prostat yang penting secara klinis, serta potensi untuk mengurangi intervensi yang tidak perlu. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menerapkan skrining ini pada populasi yang lebih luas, termasuk kelompok etnis yang kurang terwakili.
Dengan menggunakan skoring risiko poligenik, deteksi kanker prostat dapat dipersonalisasi dan lebih efektif, mengurangi kanker ganas yang terlewat dan diagnosis kanker yang tidak diperlukan. Meskipun pendekatan ini menjanjikan, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperluas penerapannya di populasi yang berbeda, terutama yang berisiko lebih tinggi.
Sumber Asli: www.news-medical.net