Ahli kanker paru menyoroti kemajuan dan keterbatasan konjugat antibodi-obat (ADCs) dalam pengobatan kanker paru non-sel kecil. Meskipun ADC menunjukkan potensi besar, tantangan dalam strategi pengobatan dan efek samping belum sepenuhnya teratasi. Perkembangan teknologi dan biomarker diharapkan mendukung efektivitas ADC di masa mendatang.
Para ahli kanker paru membahas kemajuan serta tantangan seputar penggunaan konjugat antibodi-obat (ADCs) dalam pengobatan kanker paru non-sel kecil (NSCLC). ADCs adalah kelompok terapeutik baru yang menunjukkan aktivitas klinis yang menjanjikan. Meskipun beberapa ADC belum menunjukkan keunggulan dibandingkan kemoterapi tradisional, kemajuan dalam identifikasi biomarker dan pengembangan obat diharapkan dapat meningkatkan efektivitasnya.
Meskipun telah banyak kemajuan dalam menargetkan mutasi yang dapat diobati, sebagian besar pasien tanpa opsi pengobatan berbasis biomarker masih memerlukan strategi pasca-kemoterapi yang lebih baik. Di sinilah ADC bisa berperan penting. Namun, agen-agen ini masih berada dalam tahap awal pengembangan klinis, dan perannya dalam pengobatan NSCLC masih dalam proses penentuan. Idealnya, ADC harus mampu menyampaikan muatan sitotoksik dengan spesifisitas tinggi, tetapi ADC yang tersedia saat ini sering kali terkait dengan toksisitas sistemik, yang bisa menyebabkan efek antitumor sekunder serta kerusakan pada jaringan normal.
Salah satu perkembangan menarik di pengobatan lini kedua NSCLC adalah ADC yang menargetkan HER3, yaitu patritumab deruxtecan. Seiring dengan kemajuan ADC, strategi urutan pengobatan yang optimal akan sangat penting untuk memastikan manfaat klinis maksimum, sembari mempertahankan kualitas hidup pasien. Potensi persetujuan oleh FDA terhadap ADC yang sedang dikembangkan di masa depan kemungkinan akan membuat pengambilan keputusan pengobatan menjadi lebih rumit, memerlukan pemilihan pasien yang lebih baik serta pendekatan terapi yang lebih individual.
Pada NSCLC dengan mutasi HER2, trastuzumab deruxtecan telah mengubah perawatan pasien karena merupakan opsi pengobatan yang ditoleransi dengan baik dan memberikan manfaat klinis yang signifikan, termasuk penetrasi sistem saraf pusat. Akan tetapi, pengembangan ADC yang lebih baik dibandingkan yang sudah digunakan dalam praktik klinis membutuhkan penyempurnaan dalam teknologi dan strategi pemilihan pasien. Kemajuan dalam patologi digital dan kecerdasan buatan diharapkan dapat meningkatkan pendekatan manajemen NSCLC berbasis biomarker.
Meskipun ada skeptisisme terkait aksesibilitas biomarker serta faktor-faktor lainnya dalam pengembangan ADC, kelas agen ini nampaknya siap untuk terus berkembang dalam armada pengobatan NSCLC. Iterasi mendatang dari agen-agen ini kemungkinan akan menerapkan rekayasa biokimia canggih untuk meningkatkan spesifisitas tumor dan meminimalkan efek off-target, sehingga menjadikan ADC sebagai pilar penting dalam onkologi presisi.
ADCs menunjukkan potensi dalam pengobatan NSCLC meskipun masih ada tantangan. Perluasan penggunaan dan penyempurnaan teknologi diharapkan meningkatkan efektivitasnya. Pengembangan strategi urutan pengobatan yang optimal dan pemilihan pasien yang tepat adalah kunci untuk memanfaatkan seluruh potensi ADC. Kemajuan dalam biomarker dan teknologi akan membantu memperkuat peran ADC di masa depan.
Sumber Asli: www.onclive.com