Hubungan PFAS dalam Air Minum dengan Kasus Kanker di AS

Penelitian terbaru menemukan hubungan antara PFAS dalam air minum dan peningkatan kasus kanker di AS. Empat jenis kanker terkait dengan PFAS, termasuk kanker sistem pencernaan dan pernapasan. GlobalData memprediksi peningkatan jumlah kasus kanker di masa mendatang. Perlu lebih banyak penelitian untuk mendalami mekanisme PFAS dan dampaknya bagi kesehatan masyarakat.

Bahan kimia sintetis bernama per- dan polyfluoroalkyl substances (PFAS) telah terakumulasi di lingkungan sejak diperkenalkan pada tahun 1940-an karena ketahanannya yang tinggi terhadap penguraian. Penelitian baru yang diterbitkan di Nature Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology menunjukkan hubungan antara PFAS dalam air minum dan meningkatnya kasus kanker di AS. Penelitian ini menganalisis data dari 1.080 kabupaten di seluruh AS dan menemukan asosiasi positif antara tingkat PFAS dalam air minum dengan empat jenis kanker: kanker sistem pencernaan, sistem endokrin, rongga mulut dan faring, serta sistem pernapasan.

GlobalData memproyeksikan bahwa jumlah kasus kanker akan terus meningkat, termasuk kanker lambung, yang diperkirakan akan meningkat dari 28.000 kasus pada 2019 menjadi 33.500 kasus pada 2029. Kanker kolorektal diprediksi tumbuh dari 142.000 kasus pada 2021 menjadi 161.000 pada 2031. Peningkatan signifikan juga diharapkan untuk kanker tiroid yang dapat mencapai 81.000 kasus pada 2024. Pemantauan kandungan PFAS dalam air minum dilakukan oleh EPA sesuai dengan regulasi yang ada, namun regulasi ini mungkin akan berubah di masa mendatang.

Paparan PFAS melalui air minum menjadi perhatian karena dapat membahayakan populasi besar, termasuk di daerah yang jauh dari sumber kontaminasi. Penulis penelitian memperingatkan bahwa data yang ada mungkin meremehkan hubungan antara PFAS dan kanker, karena keterbatasan informasi di beberapa wilayah. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme PFAS dalam menyebabkan kanker dan cara mitigasi terbaik. Peningkatan paparan PFAS bisa memperburuk dampaknya pada kesehatan masyarakat di masa depan.

PFAS, atau per- dan polyfluoroalkyl substances, adalah bahan kimia yang sangat tidak dapat terurai dan telah digunakan sejak 1940-an dalam berbagai produk seperti peralatan masak anti lengket dan bahan tahan air. Penelitian menunjukkan bahwa PFAS dapat menyebabkan gangguan pada sistem endokrin dan metabolisme lemak, serta diklasifikasikan sebagai karsinogen oleh IARC. Baru-baru ini, terdapat penelitian yang mencoba mengaitkan tingkat PFAS dalam air minum dengan peningkatan insiden berbagai jenis kanker di AS.

Penelitian menunjukkan ada keterkaitan antara PFAS dalam air minum dan meningkatnya kasus kanker di AS, terutama jenis kanker seperti sistem pencernaan, endokrin, rongga mulut, dan sistem pernapasan. GlobalData memproyeksikan jumlah kasus kanker akan terus meningkat dalam waktu mendatang. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk membuktikan mekanisme PFAS menyebabkan kanker dan untuk mengevaluasi efeknya pada masyarakat. Tindakan pencegahan harus dipertimbangkan untuk mengurangi eksposur terhadap bahan kimia ini.

Sumber Asli: www.clinicaltrialsarena.com

Nina Sharma

Nina Sharma is a rising star in the world of journalism, celebrated for her engaging storytelling and deep dives into contemporary cultural phenomena. With a background in multimedia journalism, Nina has spent 7 years working across platforms, from podcasts to online articles. Her dynamic writing and ability to draw out rich human experiences have earned her features in several respected publications, captivating a diverse audience.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *