Rekomendasi Vaksinasi untuk Pasien IBD Menurut AGA

American Gastroenterological Association merilis pembaruan praktik baru terkait vaksinasi dan skrining kanker bagi pasien IBD. Rekomendasi ini mencakup penggunaan vaksin inactivated dan skrining untuk hepatitis B. Fokusnya adalah memperbaiki kepercayaan pasien dan meningkatkan perhatian pada kesehatan mental pasien.

Aspek baru dalam perawatan penyakit radang usus (IBD) diperkenalkan oleh American Gastroenterological Association (AGA), dengan rilis rekomendasi vaksinasi dan skrining kanker non-kolorektal yang penting bagi penderita IBD. Dalam pembaruan ini, ada 13 pernyataan praktik terbaik yang harus diikuti oleh dokter spesialis gastroenterologi. Rekomendasi meliputi skrining kanker sesuai usia dan penerapan jadwal vaksinasi dewasa dari CDC, serta penggunaan vaksin inactivated bagi pasien yang menjalani terapi imunosupresan.

Di antara pernyataan praktis itu, Dr. Freddy Caldera, salah satu penulis rilis tersebut, menekankan pentingnya memberikan nasihat yang mudah dipahami kepada dokter gastroenterologi. “Pernyataan praktik terbaik ini merangkum hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap gastroenterolog dengan cara yang sangat ringkas dan jelas,” katanya. Pembaruan ini dirancang agar dokter dapat menjalin hubungan jangka panjang yang lebih baik dengan pasien mereka.

Apa yang menjadi sorotan adalah rekomendasi vaksinasi terutama untuk herpes zoster. Dr. Caldera menyatakan bahwa banyak pasien IBD yang harus mendapatkan vaksin tersebut, bahkan jika mereka pernah menjalani vaksinasi sebelumnya. Ia menambahkan, “Ketika saya memberikan informasi tentang peningkatan risiko komplikasi herpes zoster pada pasien IBD, mereka lebih memahami pentingnya vaksinasi.”

Dalam hal pengujian untuk hepatitis B, Dr. Caldera menjelaskan bahwa kadar hepatitis B yang rendah bisa mengindikasikan kurangnya perlindungan. Namun, ada juga pendekatan sederhana—suntikan vaksin hepatitis B dapat diberikan untuk menguji respons imun. Seandainya tidak ada respons, pasien mungkin perlu menjalani serangkaian vaksinasi ulang.

Dr. Francis A. Farraye dari Mayo Clinic juga menyoroti bahwa dokter spesialis gastroenterologi memiliki peran yang vital dalam membantu pasien berkenaan dengan vaksinasi dan skrining kanker. Ia menyatakan, “Penyakit IBD merupakan gangguan sistemik yang harus dipertimbangkan dalam konteks luas perlindungan kesehatan.” Dr. Farraye menegaskan pentingnya untuk tidak hanya fokus pada masalah gastrointestinal semata.

Sayangnya, ada tantangan besar yaitu ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin akibat misinformasi. Dr. Farraye mengungkapkan, “Data lebih lanjut diperlukan untuk memahami hambatan vaksinasi dan cara melawan informasi yang salah.” Dr. Ellen Scherl, yang juga pakar IBD, menambahkan bahwa vaksinasi telah menyelamatkan banyak nyawa, meski ada penolakan yang meningkat selama pandemi COVID-19.

Dr. Scherl menekankan perlunya penyedia sesi untuk memahami perspektif pasien ketimbang sekadar mencoba membantah kekhawatiran mereka. Ia menyadari bahwa ulasan praktik ini belum bersifat sistematik, tetapi bisa membawa pembicaraan yang lebih baik soal vaksinasi kepada pasien. Di luar vaksinasi, Dr. Scherl juga setuju bahwa perhatian terhadap kesehatan mental pasien IBD perlu ditingkatkan oleh para gastroenterolog.

Melihat banyaknya aspek yang harus digarap dalam perawatan IBD, Dr. Farraye dan Dr. Scherl berpendapat bahwa dokter harus berkolaborasi lebih erat dengan tim perawatan primer pasien.

Sumber informasi keuangan dari Dr. Caldera dengan GSK, Janssen, Novavax, dan Takeda, sedangkan Dr. Farraye terhubung dengan Astellas dan lainnya. Artikel ini merupakan rilis dari edisi cetak April 2025.

Pembaruan praktik dari AGA menawarkan pedoman penting bagi dokter spesialis gastroenterologi dalam menangani pemberian vaksinasi dan skrining kanker kepada pasien IBD. Mengedukasi pasien tentang manfaat vaksinasi, meningkatkan perhatian pada kesehatan mental, serta kolaborasi dengan tim perawatan primer dinilai krusial. Meski terdapat tantangan kepada kepercayaan vaksin, bukti menunjukkan bahwa pendekatan ini bisa menyelamatkan banyak jiwa.

Sumber Asli: www.gastroendonews.com

Lila Morrison

Lila Morrison is a seasoned journalist with over a decade of experience in investigative reporting. She graduated from Columbia University with a degree in Journalism and has worked for prominent news outlets such as The Tribune and Global News Network. Lila has a knack for uncovering the truth behind complex stories and has received several awards for her contributions to public discourse.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *