Kanker serviks menelan banyak korban di Filipina, tetapi metode skrining mandiri dapat menjadi solusinya. Tes HPV sebagai alat utama memungkinkan wanita mengambil kontrol atas kesehatan mereka. Project SUCCESS mengedukasi dan meningkatkan akses ke skrining, jangkau lebih banyak wanita, dan menawarkan metode yang tidak menyakitkan.
Dalam sebuah pusat perbelanjaan, Kristin (bukan nama sebenarnya), seorang guru berusia 36 tahun dari Novaliches, berhenti sejenak di depan poster di sebuah apotek yang menawarkan tes gratis untuk kanker serviks. Diagnosis pada tahap lanjut teman yang sudah meninggalnya membuatnya kembali merasa takut. Namun, harapan muncul ketika seorang petugas apotek menjelaskan bahwa Kristin bisa mengumpulkan sampel tes sendiri, secara pribadi, dan tanpa kebutuhan spekulum. Dalam hitungan menit, dia mengambil alih kesehatan dirinya.
Kanker serviks tak perlu menjadi beban berat bagi perempuan. Sekarang, tes DNA virus papiloma manusia (HPV) bisa digunakan sebagai alat deteksi awal yang inovatif, dengan akurasi tinggi dan kemudahan pengambilan sampel mandiri membuat pengenalan perempuan berisiko menjadi lebih mudah. Hal ini menghilangkan hambatan seperti ketakutan, ketidaknyamanan, dan stigma, serta memberikan peluang deteksi kanker lebih awal langsung di tangan perempuan.
Setiap tahun, kanker serviks merenggut lebih dari 4.000 nyawa wanita Filipina, dengan sekitar 7.900 kasus baru terdiagnosis. Ini adalah kanker paling umum kedua di kalangan wanita berusia 30 hingga 49 tahun, yang seharusnya berada di puncak karier dan peran mereka sebagai pengasuh. Namun, meski ada program skrining gratis, kurang dari 20 persen wanita Filipina yang memenuhi syarat menjalani pemeriksaan. Banyak yang menghindar karena keterbatasan waktu, ketidaknyamanan pemeriksaan panggul, dan rasa malu akibat stigma bahwa HPV ditularkan secara seksual.
Pengambilan sampel HPV secara mandiri. Mengumpulkan sampel DNA HPV sendiri membuat skrining menjadi privat, tanpa rasa sakit, dan lebih praktis. Studi menunjukkan pengambilan sampel sendiri setara akuratnya dibandingkan dengan pengambilan oleh dokter untuk mendeteksi jenis HPV berisiko tinggi yang menyebabkan kanker serviks.
Di proyek Scale Up Cervical Cancer Elimination with Secondary Prevention Strategy (SUCCESS) di Filipina, 96 persen peserta berhasil mengumpulkan sampel secara mandiri, dan 94 persen menganggap metode ini dapat diterima. Yang menarik, pengambilan sampel tidak harus dilakukan di klinik; bisa dilakukan di apotek, tempat kerja, atau di rumah. Fleksibilitas ini sangat penting untuk menjangkau kelompok yang kurang terlayani.
Proyek SUCCESS ini merupakan kolaborasi antara Jhpiego, sebuah NGO kesehatan publik global yang terkait dengan Universitas Johns Hopkins, dan Departemen Kesehatan (DOH) untuk memperkuat program nasional eliminasi kanker serviks. Proyek ini didanai oleh Unitaid dan bekerja sama dengan proyek Centralized Laboratory Model for HPV DNA Screening (CLAMS) yang didanai sektor swasta. Inisiatif SUCCESS ini juga dilaksanakan di Filipina dan tiga negara lainnya.
SUCCESS dan CLAMS bertujuan untuk mengalihkan deteksi kanker serviks dari sistem opportunistic menjadi sistem skrining berbasis populasi yang terorganisir, memanfaatkan alat inovatif seperti pengambilan sampel mandiri, tes HPV-DNA, ablasi termal, dan solusi kesehatan digital. Mereka mengintegrasikan tes HPV ke dalam layanan kesehatan seksual dan reproduksi, serta manajemen kesehatan dasar dan HIV di lebih dari 350 fasilitas kesehatan publik di seluruh negeri, menjangkau 31.000 wanita berusia 30 hingga 49 tahun.
Hasil utama dari proyek ini adalah partisipasi tinggi di antara wanita yang belum menjalani skrining, serta skrining menjadi bagian normal dari perawatan rutin saat tes HPV diintegrasikan ke dalam layanan kesehatan yang sedang berlangsung. Perawatan pra-kanker juga lebih mudah diakses dengan pengobatan ablasi termal, bahkan di klinik dan rumah sakit kecil, mengurangi jumlah wanita yang tidak kembali untuk tindak lanjut. Ini menunjukkan bahwa jika skrining mudah diakses, privat, dan praktis, partisipasi dapat meningkat secara signifikan.
Modernisasi dan pengembangan. Untuk mengeliminasi kanker serviks, Filipina perlu memprioritaskan tes HPV sebagai alat skrining utama secara nasional dan mendorong pengumpulan sampel sendiri. Beberapa langkah yang diperlukan meliputi:
– Menginstitusikan tes HPV sebagai kebijakan DOH dan mengalokasikan dana untuk program pengujian HPV berbasis komunitas.
– Meningkatkan akses ke skrining dan perawatan pra-kanker melalui kemitraan publik-swasta yang akan memperluas layanan skrining di apotek, perusahaan, dan organisasi masyarakat sipil seperti Jaringan Pemberdayaan Kesehatan Perempuan
– Meningkatkan edukasi kesehatan masyarakat untuk melawan stigma dan informasi salah dengan kampanye yang menekankan, “Kanker serviks: Kayang dihindari, kayang diatasi!”
Kanker serviks sebenarnya bisa dicegah, tetapi kita harus bertindak. Kesehatan ada di tangan kita. Ambil sampel sendiri—bukan hanya untuk diri kita, tetapi juga untuk keluarga dan komunitas kita. Satu menit keberanian bisa menyelamatkan seumur hidup. Ambil kesempatan ini untuk mengakhiri kanker serviks, satu swab sekaligus.
Cervical cancer remains a pressing health issue for women in the Philippines, but self-screening presents a viable solution. Initiatives like the SUCCESS project are making testing more accessible and acceptable. By prioritizing self-sampling and increasing public awareness, we can significantly reduce the incidence of cervical cancer. Taking action today can lead to a healthier tomorrow for all women. Courage to participate in screening can ultimately save lives.
Sumber Asli: opinion.inquirer.net