Ciera Kirkpatrick, PhD, mengungkapkan bagaimana TikTok digunakan oleh penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran tentang Pap test dan kanker serviks di kalangan wanita muda. Konten video singkat yang menarik membantu mengedukasi masyarakat dan mengurangi kecemasan terkait pemeriksaan. Namun, penting untuk menekankan informasi positif daripada rasa sakit. Kemudahan akses dan anonimitas di media sosial membuka ruang bagi pertanyaan sensitif.
Ciera Kirkpatrick, PhD, seorang profesor di University of Nebraska–Lincoln, baru-baru ini berbicara tentang bagaimana TikTok mengubah cara penyuluhan kanker serviks. Di wawancaranya dengan Contemporary OB/GYN, dia menekankan bahwa banyak wanita muda sekarang beralih ke TikTok untuk mencari informasi kesehatan, bukan hanya untuk hiburan. Hal ini membuat penyedia layanan kesehatan mulai memanfaatkan platform tersebut untuk berbagi konten edukasi yang ringkas dan menarik.
Kirkpatrick menjelaskan bahwa video pendek di TikTok memungkinkan penyedia untuk menunjukkan secara langsung proses pemeriksaan Pap test, termasuk alat-alat medis seperti spekulum. Ketika visual ini digabung dengan penjelasan yang jelas mengenai pentingnya Pap test, metode ini menjadi cara yang efektif untuk menjangkau wanita muda dan mendorong mereka untuk menjalani skrining. Ini membantu mengurangi rasa cemas dan menjadikan prosedur tersebut lebih mudah dipahami, asalkan kontennya tidak menakut-nakuti.
Namun, dia juga mencatat bahwa menyertakan diskusi tentang rasa sakit atau ketidaknyamanan dapat berdampak negatif. Terutama jika ditampilkan di samping visual spekulum, hal ini bisa membuat penonton merasa tertekan dan mengurangi keinginan mereka untuk menjalani skrining. Kirkpatrick menyarankan supaya penekanan tetap pada penjelasan yang jelas dan empatik, dan menciptakan pengalaman yang dinormalisasi tanpa menekankan rasa sakit.
Keunggulan dari penggunaan TikTok dan platform sejenis adalah kemudahan akses. Video pendek menyampaikan informasi dengan cepat dan hampir tanpa biaya, sangat membantu bagi mereka yang tidak memiliki asuransi atau akses mudah ke layanan kesehatan. Banyak wanita muda bahkan tidak menyadari pentingnya Pap test, jadi melihat konten relevan di media sosial mereka dapat meningkatkan kesadaran dan memicu tindakan yang diperlukan.
Untuk mendorong lebih banyak skrining Pap test, Kirkpatrick menyarankan agar klinisi tidak hanya memberikan informasi secara online, tetapi juga menciptakan ruang, baik virtual maupun klinis, di mana pasien merasa aman untuk bertanya. Media sosial memberi kesempatan unik untuk membahas topik sensitif secara anonim, sehingga pengguna bisa mengakses informasi tanpa merasa malu. Dengan memprediksi pertanyaan umum dan menyediakan konten yang jelas dan mudah diakses, penyedia layanan kesehatan dapat memberdayakan pasien untuk lebih memperioritaskan skrining kanker serviks.
Dapat disimpulkan, TikTok menjadi alat yang berharga dalam meningkatkan kesadaran tentang kanker serviks di kalangan wanita muda. Dengan pendekatan yang informatif dan empatik dalam konten, penyedia layanan kesehatan dapat memberdayakan pasien. Kesadaran akan pentingnya Pap test dan kemudahan akses informasi di platform ini adalah langkah positif menuju penanganan kanker serviks yang lebih baik.
Sumber Asli: www.contemporaryobgyn.net