Perawatan akhir hayat pasien kanker darah merupakan tantangan bagi hematologi, menimbulkan pertanyaan seputar keinginan pasien, perawatan di rumah, serta penggunaan transfusi dan anticoagulants. Data menunjukkan pasien sering menerima perawatan yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Praktisi menunjukkan pentingnya melibatkan palliative care lebih awal dan mempertimbangkan keinginan pasien secara mendalam.
Perawatan medis di akhir hayat menantang bagi ahli hematologi yang merawat pasien kanker darah. Pertanyaan penting yang muncul termasuk: Bagaimana keinginan pasien dan keluarga dipertimbangkan? Apakah perawatan di rumah lebih baik? Serta, apakah penggunaan antihkoagulan masih relevan? Melalui sesi di Pertemuan Tahunan American Society of Hematology (ASH) 2024, dua ahli hematologi memberikan wawasan tentang tanggapan terhadap dilema ini.
Pasien dengan kanker darah sering kali tidak memperoleh perawatan akhir hayat yang mereka inginkan. Studi menunjukkan tingginya penggunaan layanan kesehatan di akhir hayat, dengan banyak pasien menerima perawatan agresif yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Dr. Melissa Loh menyatakan bahwa hanya sekitar 15.6% pasien leukemia myeloid akut yang meninggal di rumah, sementara 79.7% di rumah sakit.
Meskipun banyak pasien berharap meninggal di rumah, kenyataannya bisa jauh lebih sulit, terutama jika ada penyakit graft-vs-host. Loh berpendapat bahwa “kematian yang baik” tidak selalu berarti meninggal di rumah, serta perlunya model perawatan yang fleksibel. Pelayanan hospice harus dapat mengikuti di mana saja, bukan hanya di rumah pasien.
Transfusi darah dapat meringankan gejala pada akhir hayat, tetapi banyak program hospice tidak menyediakannya. Loh mengungkapkan bahwa 55% penyedia hospice di AS tidak pernah menawarkan transfusi. Biaya transfusi pun menjadi kendala, karena tarif penggantian biaya untuk hospice sangat terbatas.
Kapan menghentikan obat pengencer darah sebelum akhir hayat menjadi isu yang kompleks. Dr. Anna Parks menekankan perlunya memperhatikan faktor seperti harapan hidup dan risiko perdarahan. “Sangat bervariasi jenis perawatan yang diinginkan pasien menuju akhir hayat,” ujarnya. Keputusan harus mempertimbangkan keinginan pasien dan perubahan ambisi mereka seiring dengan perkembangan penyakit.
Perawatan akhir hayat untuk pasien kanker darah menghadirkan berbagai dilema khusus, mengingat kompleksitas penyakit dan pengobatannya. Hematologi harus menyeimbangkan antara keinginan pasien dan realitas medis serta empiris aturannya. Hal ini mengharuskan dokter untuk memahami lebih dalam tentang kualitas hidup yang diinginkan pasien, serta menghadapi tantangan dalam sistem kesehatan yang mungkin tidak sepenuhnya beradaptasi dengan kebutuhan spesifik pasien.
Kesehatan akhir hayat pasien kanker darah perlu diperhatikan dengan lebih seksama. Keterlibatan palliative care dan hospice harus dilakukan lebih awal. Perawat juga harus fleksibel dalam memahami kebutuhan pasien, memastikan keputusan tentang transfusi dan pengencer darah. Keinginan individual pasien, terutama seiring dengan kemajuan penyakitnya, harus ditanyakan secara langsung untuk memberikan perawatan yang lebih personal dan sesuai.
Sumber Asli: www.medscape.com